Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
BBM Tinggi Sulfur Jadi Faktor Penyumbang Buruknya Emisi Gas Buang
14 September 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari data yang dilampirkan, mayoritas produk BBM lansiran Pertamina tak memenuhi batas kadar sulfur yang memenuhi standar gas buang Euro 4. Idealnya, nilai sulfur yang terkandung maksimal 50 ppm atau di bawahnya.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, regulasi penerapan standar Euro 4 untuk kendaraan roda empat atau lebih sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Pun dengan produk kendaraan yang tersedia.
"Mobil-mobil sudah diminta pakai standar Euro 4 dari 2018, untuk motor memang masih belum karena Euro 3. Jadi dari sisi teknologi mesin sudah, sekarang tinggal standar BBM Euro 4 yang butuh kualitas tertentu, sulfurnya 50 ppm atau ke bawah," katanya saat diskusi dengan awak media di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Kamis (12/9).
Sejatinya, Pertamina sudah memiliki produk-produk BBM yang memiliki spesifikasi standar Euro 4. Misalnya, Pertamina Green dengan RON 95 dan Pertamax Turbo dengan RON 98 untuk mesin bensin. Untuk diesel, ada Pertadex 53.
ADVERTISEMENT
"Kalau lihat kualitas BBM, orang (suka) berpikir itu (dilihat hanya) dari RON atau cetane number untuk diesel, sebenarnya yang jadi isu itu kan (kandungan) sulfurnya. Karena kalau sulfur tinggi, teknologi mesin untuk mengurangi polusi jadi tak bekerja," imbuh Rachmat.
Konsumsi BBM Pertamina oleh masyarakat paling banyak untuk produk subsidi seperti Pertalite untuk bensin dan Biosolar 48 untuk diesel. Keduanya memiliki kadar sulfur sangat tinggi, 500 ppm untuk Pertalite dan 2.500 ppm untuk Biosolar 48.
Tak hanya BBM bersubsidi, produk lainnya seperti Pertamax 92 ternyata juga memiliki kadar sulfur tinggi yakni pada angka 500 ppm dan Dexlite 51 untuk kendaraan bermesin diesel nyatanya juga cukup tinggi yaitu pada angka 1.200 ppm.
"Ini yang saat ini tersedia. Sayangnya, hari ini, BBM yang disediakan pertamina hampir seluruhnya belum memenuhi standar Euro 4. Ini yang saya pikir Pemerintah harusnya bisa membantu Pertamina untuk menyediakan BBM lebih bersih," jelas Rachmat.
ADVERTISEMENT
Makanya, pihaknya berencana memperbaiki kualitas kandungan sulfur pada BBM, terutama untuk yang bersubsidi. Namun langkah ini bukan tanpa halangan, sebab dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi, Rachmat mengatakan tidak berencana menaikkan harga.
“Ongkosnya naik dong? Siapa yang bayar, karena kita tidak naikin harganya berarti yang bayar pemerintah, tapi kalau pemerintah bayar berarti jumlah subsidi dan kompensasi naik, sementara subsidi dan kompensasi hari ini belum tepat sasaran,” ungkapnya.
"Karena untuk membuat BBM Euro 4 ada biayanya, dibutuhkan upgrade kilang dan harganya juga lebih tinggi secara umum, soalnya barang bagus. Ini yang menjadi isu, kita ingin Pertamina produksi, tapi kita siapkan mekanisme untuk subsidi," pungkas Rachmat.
Adapun, kesiapan untuk meningkatkan kilang akan dilakukan tahapannya per daerah. Bila tidak ada aral melintang, penyaluran BBM berstandar Euro 4 secara keseluruhan bakal terlaksana secepatnya pada akhir 2027 atau tahun 2028.
ADVERTISEMENT
***