Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 tahun 2019, yang mengatur perubahan tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB ) DKI Jakarta makin menekan pasar otomotif dalam negeri, khususnya roda empat.
Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto, kecewa dengan kenaikan tarif BBNKB di DKI Jakarta.
"Apalagi DKI Jakarta sebagai kontributor penjualan terbesar (di atas 20 persen) untuk total pasar otomotif Indonesia dibandingkan provinsi lainnya," ucapnya kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Corporate Planning and Communication Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Elvina Afni, menuturkan kenaikan ini tentu saja akan berpengaruh pada penjualan. Apalagi, khusus untuk produk Daihatsu, sebagian besar menyasar kelas menengah ke bawah dan fleet.
Pukulan bertubi-tubi
Ujian tak hanya satu kali ini saja. Sudah sejak awal tahun ini industri otomotif mendapat pukulan berat dan bertubi-tubi.
Mulai dari panasnya pemilu, kondisi ekonomi global termasuk perang dagang China-Amerika, dan sektor komoditas yang belum stabil.
“Kemudian Indonesia juga banyak ekspor coal, harganya juga tak naik. Jadi kita juga tak hanya sekadar bilang ini karena pemilu saja,” ucap Direktur Pemasaran PT ADM Amelia Tjandra beberapa waktu lalu.
Di luar tarif BBNKB, sejumlah merek mau tak mau mengatrol harga jual mobil mereka mengikuti kenaikan angka inflasi. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi mencapai 0,12 persen pada Agustus 2019 lalu. Sementara tahun kalender Januari-Agustus 2019 mencapai 2,48 persen.
“Iya dengan kenaikan BBNKB ini akan berdampak khususnya buat kendaran penumpang. Hanya saja, seberapa besar dampaknya masih belum bisa memperkirakan, tergantung besaran kenaikannya,” kata Johannes Nangoi, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Revisi target
Data Gaikindo memperlihatkan, penjualan mobil sepanjang sembilan bulan di 2019 ini belum ada tanda membaik. Dibanding periode yang sama di 2018, wholesales mobil turun 12,0 persen atau hanya mencapai 753.594 unit.
Lalu untuk retail sales sendiri, turut terkoreksi sebesar 10,9 persen atau hanya 758.413 unit. Fakta data ini menunjukkan kondisi pasar otomotif sejauh ini masih dirundung awan hitam. Padahal, pada paruh kedua ini penjualan diharapkan membaik dibanding semester pertama. Target penjualan pun direvisi.
“Kami Gaikindo sudah merevisi menjadi 1 juta unit. Mengacu pada enam bulan pertama yang sudah turun sampai 13 persen. Jadi kita bilang sudah prediksi cuma bisa sampai 1 juta unit," ucapnya kepada kumparan September lalu.