Beda Aggressive vs Defensive Driving, Mana yang Bikin Bahaya?

27 September 2020 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kaca mobil yang baik bisa membuat visibilitas pengemudi maksimal. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kaca mobil yang baik bisa membuat visibilitas pengemudi maksimal. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Pengemudi mobil dan sepeda motor yang wara-wiri di jalanan, terbagi dalam dua kategori terkait gaya atau karakter berkendara, aggressive dan defensive driving.
ADVERTISEMENT
Senior Instructor dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, menyebut keduanya punya perbedaan yang sangat jauh.
Defensive driving sendiri, merupakan perilaku mengemudi yang mengedepankan sisi proaktif, yang artinya berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi.
"Bila pengendara punya karakter seperti itu, potensi bahaya dapat dicegah dan dapat meminimalisir potensi kecelakaan," ucapnya dalam acara Ngobrol Asyik yang digelar Daihatsu Indonesia dan GT Radial, beberapa waktu lalu.
Ilustrasi pengendara motor bebek. Foto: Shutterstock
Ini sama halnya dengan karakter safety driving, bertujuan meminimalisir risiko bahaya. Hanya saja, perbedaannya adalah safety driving memerlukan kemampuan/skill berkendara yang baik dan benar.

Pengemudi aggressive driving penyebab kecelakaan

Nah, sementara tipe aggressive driving, punya ciri selalu ngebut dengan kecepatan yang tidak konsisten, berjalan zig-zag tanpa memberikan lampu isyarat (sign), akselerasi dan deselerasi kasar.
ADVERTISEMENT
Ini didominasi oleh green driver yang pada umumnya adalah pengemudi berusia muda dengan jam terbangnya sedikit, emosinya tidak stabil, dan sering show off (pamer).
'Perilaku Green driver tidak patut dicontoh dan pihak berwajib harus jeli dalam menertibkan mereka agar kondisi lalu lintas menjadi baik, karena jika dibiarkan, tipe ini akan menjadi pengemudi yang agresif," tuturnya.
Mobil Honda Jazz terbalik di Gerbang Tol Cibubur 1. Foto: Dok. Istimewa
Berdasarkan statistik data kecelakaan di Indonesia, tipe pengemudi ini penyumbang kecelakaan tertinggi dengan persentase sebesar 55 persen.
Karena itu, Sony mengajak mengajak untuk berkendara secara defensive, karena mayoritas angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh gaya mengemudi yang agresif.
“Supaya bisa mengemudi secara defensive driving mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” jelas Sony.
ADVERTISEMENT