Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bedah Rangkaian Uji Coba Bus Garapan Laksana Sebelum Dijual
11 Juli 2023 11:50 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namanya United Nations Economics Commission for Europe (UN ECE), yang kemudian diikuti sebuah kode untuk menunjukkan jenis dan metode pengujiannya. Misalnya, uji tabrak depan yang diberi kode R29.
Product Engineering Laksana Hadi Kristanto menegaskan, acuan tersebut sifatnya adopsi bukan melibatkan lembaga verifikator resmi terkait atau sejenisnya. Tujuannya sebagai awal pengembangan produk bus yang lebih aman di Indonesia.
“Jadi di Indonesia yang menerbitkan sertifikasi pengujian UN ECE itu tidak ada, bahkan pemerintah pun belum. Jadi kita hanya mengadopsi saja, bukan memverifikasi karena tidak ada verifikatornya,” buka Hadi Kristanto saat ditemui kumparan di Ungaran, Jawa Tengah.
Seperti yang telah disebutkan, rumah produksi bus dan alat transportasi berbasis di Ungaran, Jawa Tengah itu sudah melakukan adopsi beberapa pengujian lainnya meliputi UN ECE R107, UN ECE R66, UN ECE R93, dan UN ECE R80. Mari kita bedah satu per satu.
ADVERTISEMENT
UN ECE R66
Hadi menuturkan, Laksana pertama kali menerapkan standar R66 pada tahun 2018 silam. Jenisnya ada percobaan terguling atau rollover yang menggunakan contoh bodi bus (mock up) bagian depan atau belakangnya.
“Kita prihatin dengan banyaknya masalah kecelakaan yang melibatkan bus di Indonesia. Makanya kita lakukan uji R66 atau guling sebagai awal,” terangnya.
Model yang digunakan saat itu adalah bus besar SR2 yang diletakkan pada suatu alat dengan pengukur sudut kemiringan tertentu. Bodi bus akan dijatuhkan ke samping untuk melihat dampak struktur akibat kecelakaan, dalam hal ini adalah terguling.
UN ECE R107
Metode lainnya adalah R107 atau stability test, cara hampir mirip dengan R66. Hanya saja, bodi bus tidak dibuat hingga terjatuh, melainkan diposisikan miring dengan batas sudut yang sudah ditentukan.
ADVERTISEMENT
“Kalau R107 itu berupa perhitungan satu bus random kita coba ke alatnya untuk dilihat apakah sudah sesuai standar atau belum,” beber Hadi.
UN ECE R93
Kode R93 juga merupakan salah satu metode pengujian tabrak depan, fokusnya adalah muka bagian bawah bus yang dibuat agar melindungi objek yang ditabrak atau tertabrak bus.
“R93 itu parsial karena satu dan segala macam faktor sehingga masih berupa opsional kita tawarkan kepada pelanggan kami. Kalau pelanggan kami mau ya kami aplikasikan kepada bus-bus mereka,” kata Hadi.
Sebuah komponen baja akan disematkan di balik bumper depan bus, mirip dengan side impact beam yang ditemukan pada bagian dalam pintu mobil. Adanya komponen tersebut diharapkan mencegah kendaraan lebih kecil seperti mobil masuk ke dalam kolong bus ketika terjadi tabrakan.
ADVERTISEMENT
UN ECE R80
Bila kode pengujian lainnya berfokus pada struktur dan bagian luar bus, UN ECE R80 atau seat and anchor menitikberatkan pengujian pada kursi penumpang.
“R80 itu kita lakukan simulasi dengan jok apakah sesuai standar. Pada awalnya ternyata tidak sesuai standar, dari situ kami lakukan kembali penyesuaian dan modifikasi kemudian baru dites kembali yang mana pada akhirnya berhasil memenuhi standar R80,” lanjut Hadi.
Uji ini untuk melihat bagaimana kursi penumpang dapat tetap di tempat atau dudukannya (anchor) ketika bus alami tabrakan dari depan atau belakang. Laksana memiliki alat simulasi yang disebut physical testing simulation approach dan 3D simulation.
UN ECE R29
Terakhir, uji tabrak struktur bagian depan atau disebut R29, guna melihat dampak dari kecelakan bagian depan bus agar sopir terhindar dari terjepit.
ADVERTISEMENT
“R29 itu background-nya karena banyaknya kasus sopir terjepit ketika kecelakaan tabrak depan dan sebagainya, itu pemicu kami untuk mengembangkan struktur baru pada bagian depan bus kami,” katanya.
Mekanisme pengujiannya menggunakan mock up bus besar Laksana SR3 yang ditempatkan pada sebuah alat lengkap dengan sebuah pendulum besar seberat 1,5 ton,yang dilepaskan dari sudut 90 derajat.
Pendulum tersebut digambarkan sebagai mobil kelas penumpang yang memberikan impak energi sebesar 55 kilojoule atau setara simulasi tabrakan dengan kecepatan 31 km/jam.
“R29 ini sangat baru belum kita terapkan di bus-bus kami, setelah ini kami analisa dulu. Baru satu atau dua bulan ke depan kami persiapkan infrastrukturnya agar bisa diaplikasikan, kan tidak bisa langsung,” pungkas Hadi.
ADVERTISEMENT
***