Begini Strategi Aismoli Tingkatkan Penjualan Motor Listrik di Indonesia

6 Mei 2025 17:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Asosiasi Kendaraan Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Asosiasi Kendaraan Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sementara industri mobil listrik di Indonesia meningkat di awal 2025, industri motor listrik justru belum begitu terlihat kenaikannya. Sempat didorong di masa COVID-19 hingga 2024, kini habisnya kuota subsidi fiskal pemerintah sejak akhir 2024 untuk motor listrik membuat konsumen memilih untuk wait and see sebelum jadi membeli motor listrik.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Budi Setiyadi, Ketua Umum Asosiasi Kendaraan Motor Listrik Indonesia (Aismoli). Ia bilang, belum jelasnya persoalan insentif dari pemerintah ini jadi salah satu faktor terhambatnya tingkat penjualan motor listrik di Indonesia.
"Di awal tahun 2025 baik dari beberapa pejabat terkait dari pemerintah juga memberikan ada rencana pemberikan subsidi. Namun, sampai sekarang subsidi yang diharapkan (belum ada), masyarakat akhirnya stop buying atau wait and see terhadap subsidi ini," kata Budi di kumparan New Energy Vehicle Summit 2025, di MGP Space, SCBD Park, Selasa, (6/5).
Meski demikian, Budi tetap optimistis terhadap pasar motor listrik Indonesia. Baginya, insentif pemerintah hanyalah satu faktor yang mempengaruhi. Ada strategi yang sudah anggotanya lakukan untuk menjaga penjualan tetap hidup.
ADVERTISEMENT
“Sebagai contoh, ada yang menjual dengan skema baterai sewa. Ada juga yang B to B, antara perusahaan dengan beberapa company. Jadi tidak langsung ke masyarakat,” ujar Budi.
Seorang pengemudi ojek daring mengganti baterai motor listriknya di SPKLU Gedung PLN Gambir, Jakarta, Rabu (13/0/2022). Foto: Agha Yuninda/ANTARA FOTO
“Contoh kepada Gojek, kepada Grab, mereka dijual dengan skema rent to own,” kata Budi. Skema rent to own ini, ujarnya, membagi beban pembelian ke mitra dengan pembayaran harian selama dua tahun. Usai sewa dua tahun, motor tersebut menjadi milik mitra.
Meski begitu, dari paparan Budi, strategi-strategi ini bersifat sementara. Artinya, ia tetap mengharapkan kejelasan soal insentif pemerintah. Bahkan, ujar Budi, apabila persentase TKDN menjadi syarat adanya insentif, Budi yakin industri motor listrik di Indonesia akan bisa memenuhinya.
“Sampai dengan saat ini, dari 37 industri kita sudah ada sekitar 22 pabrik yang sudah mencapai TKDN 40%. Kalau ini menjadi persyaratan, saya yakin 37 industri tadi bisa memenuhi,” kata Budi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dalam acara yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, telah memberi kode bahwa insentif untuk motor listrik di Indonesia tinggal menunggu waktu saja.
"Memang ada kebijakan insentif yang masih belum jalan, masih di dalam pembahasan pemerintah. Tetapi saya kira itu hanya tinggal waktu saja," ujar Agus dalam acara kumparan New Energy Vehicle (NEV) Summit di SCBD Park, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).