Berniat Touring Komunitas, Jangan Lupa 6 Hal Ini

27 Desember 2019 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pajero Indonesia ONE (PI.ONE) Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pajero Indonesia ONE (PI.ONE) Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Komunitas otomotif, terutama mobil, biasanya sering melakukan touring ke luar kota, apalagi pada momen liburan akhir tahun. Selain itu mempererat solidaritas antaranggota, touring komunitas juga bisa mengenalkan informasi seputar kendaraan ke masyarakat.
ADVERTISEMENT
Karena diikuti oleh anggota komunitas, touring biasanya berbentuk konvoi kendaraan yang memanjang. Kondisi ini bisa mengganggu kepentingan pengguna jalan lain, seperti di jalan tol, sehingga rawan terjadi arogansi dan risiko kecelakaan.
Menurut Eko, anggota Patroli dan Pengawalan (Patwal) Polres Metro Depok, mengatakan touring komunitas harus memperhatikan aspek etika dan keselamatan. Terutama dengan kondisi lalu lintas luar kota yang padat ketika akhir tahun, seperti ruas Tol Jakarta-Cikampek.
"Intinya kalau komunitas itu harus tertib dan disiplin di jalan. Terutama melewati Tol Japek dibatasi kecepatan maksimal 80 km/jam," kata Eko kepada kumparan belum lama ini.
Selain itu, Eko juga mengimbau touring komunitas tidak perlu memakai sirine dan lampu strobo sesuai Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
ADVERTISEMENT
Eko juga memberikan beberapa panduan untuk komunitas touring mobil yang ingin melakukan perjalanan jauh agar aman dan tetap tertib berlalu lintas. Ini daftarnya.
1. Kesiapan Kendaraan
Bagian kap depan All New BMW seri 5 Touring Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Kesiapan kendaraan menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Jangan lupa servis berkala komponen-komponen kendaraan supaya dalam kondisi prima.
"Surat-surat lengkap, lampu utama dan hazard pastikan tidak rusak. Rangkaian touring (dalam jumlah lebih dari 10) bisa menyalakan lampu hazard," kata Eko.
2. Ikuti Aturan Lalu Lintas
Ilustrasi lampu merah di jalan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Biasanya rangkaian touring dalam jumlah besar kerap menggunakan patwal polisi untuk mendapatkan prioritas. Menurut Eko, hal ini dilakukan agar peserta touring lebih teratur dan tidak arogan.
"Kalo bertemu lampu lalu lintas harus ikut aturan. Merah harus berhenti, tidak bisa arogan meskipun pakai patwal. Karena yang menilai baik-buruknya komunitas atau klub otomotif kan masyarakat," ujarnya.
ADVERTISEMENT
3. Komunikasi
Penggunaan radio komunikasi diperlukan sesama anggota touring dan satuan patwal. Gunanya jika ada anggota rangkaian yang terpisah atau bermasalah, atau mau berhenti di suatu tempat jadi lebih mudah.
4. Kesiapan Satuan Pengawalan
Patwal usai apel di Monas Foto: Ainul Qalbi/kumparan
Tak lupa, kesiapan satuan pengawalan juga harus diperhatikan. Eko mengatakan pihaknya harus tetap mengikuti standar prosedur tetap yang berlaku karena menyangkut keselamatan berlalu lintas.
"Kesiapan diri kita sendiri, kendaraan, tata cara pengawalan yang pernah kita pelajari, kesopanan ketika kita meminta prioritas ke pengguna jalan lain, terutama di tol, harus ucapkan terima kasih," paparnya.
5. Istirahat
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Shutter Stock
Sebagaimana berkendara jarak jauh, touring juga memerlukan istirahat di tengah perjalanan. Dengan jumlah kendaraan lebih dari 10 unit, biasanya setiap 2-3 jam perjalanan diperlukan istirahat.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kalau di tol, rangkaian minta istirahat setiap 2 jam ke rest area. Maksimal berkendara 4 jam dan istirahat 1 jam, jangan dipaksakan karena kondisi tubuh juga ngga kuat," jelasnya.
6. Jangan Lupa Berdoa
Terakhir, Eko berpesan agar tetap mengutamakan berdoa sebelum, selama, dan setelah perjalanan. Tetap berhati-hati dalam perjalanan touring, apalagi sampai lintas pulau dan rangkaian lebih dari 10 kendaraan rawan risiko kecelakaan.
"Selalu berdoa semoga dalam perjalanan pergi dan pulang, selamat semua, tidak ada insiden apa pun," tutupnya.