BMW: Peralihan Mobil Listrik di Dunia Butuh Waktu yang Cukup Panjang

7 Juni 2018 20:52 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BMW i8 Protonic Red Edition (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW i8 Protonic Red Edition (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kendaraan listrik akan menjadi moda transportasi masa depan. Hal ini nampaknya sudah menjadi kesepakatan bersama hampir seluruh masyarakat dunia. Beberapa negara sudah mulai mengarahkan kebijakan untuk menghadirkan kendaraan listrik, termasuk di Indonesia --meski belum benar-benar diresmikan. Gayung bersambut, produsen-produsen kendaraan di dunia pun berlomba-lomba menghadirkan teknologi transportasi berbasis listrik.
ADVERTISEMENT
BMW menjadi salah satu yang terdepan untuk urusan ini. Di bawah payung BMW i, mereka sudah punya dua model global untuk kendaraan listrik, BMW i3 dan sportscar hybrid, BMW i8. Komitmen jenama Jerman ini juga dipertegas lewat pernyataan Head of Product Management BMW i dari BMW Group pusat, Dr. Alexander Kotouc.
"Kalau ditanya tentang masa depan drivetrain, menurut saya pribadi akan ke arah elektrik. Dan kalau Anda sudah dengar, tahun 2025 , BMW Group akan menawarkan 25 produk kendaraan elektrik yang 12 di antaranya merupakan kendaraan elektrik murni (berbasiskan baterai) dan beberapa akan memanfaatkan teknologi plug-in," sebut dia saat berbincang dengan jurnalis, Rabu (6/6) di sela acara Innovfest Unbound 2018.
ADVERTISEMENT
Meski begitu menurut Alexander kehadiran kendaraan listrik tidak akan serta-merta 'membunuh' kendaraan konvensional. Akan butuh waktu tertentu sampai orang beralih menggunakan kendaraan listrik sepenuhnya.
Keyakinan Alexander sendiri bukan tanpa dasar. Dia merefleksikan kehadiran mobil listrik saat ini dengan kehadiran mobil berbahan bakar bensin di masa lampau.
"Kalau mau diingat, sekitar tahun 1913 itu mobil dengan mesin pertama kali akan diproduksi massal --saat Ford Model T. Tapi kenyataannya perlu waktu lebih dari mungkin 10 tahun sampai benar-benar kereta kuda tidak lagi digunakan," ceritanya.
Peresmian diler BMW i kedua di Indonesia (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian diler BMW i kedua di Indonesia (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Alexander kemudian menerangkan pada masa itu ada satu titik balik yang dia rasa juga akan terjadi pada era kendaraan listrik ini.
Melihat fakta ini dia tidak heran kalau sampai saat ini populasi kendaraan listrik di dunia masih sangat kecil. Namun ketimbang pesimistis, dia lebih tertarik melihat perkembangan kendaraan listrik, yang disebut-sebut terus meningkat hampir dua kali lipat setiap tahunnya dalam lima tahun belakangan.
ADVERTISEMENT
"Kalau Anda lihat dari total market share, tentu Anda benar, angkanya masih kecil di pasar global. Tapi kalau mau bicara soal perkembangan, dalam lima tahun terakhir tidak ada sektor otomotif lain yang berkembang seperti kendaraan listrik," terang pria kelahiran Munich, Jerman ini.
BMW i8 (Foto: Alfons Hartanto/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
BMW i8 (Foto: Alfons Hartanto/kumparanOTO)
Menurut Alexander, kondisi ini juga yang mendorong BMW Group punya platform yang fleksibel. Fleksibel dalam artian memungkinkan mereka untuk memenuhi permintaan negara-negara yang mungkin masih membutuhkan mobil konvensional, sembari di saat bersamaan, meningkatkan produksi untuk kendaraan listrik di negara yang permintaannya terus berkembang.
(BMW juga punya proyeksi untuk masa depan kendaraan otonom di dunia yang juga sempat dibahas kumparnOTO. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di story 'Teknologi Mobil Otonom BMW akan 'Sempurna' pada Tahun 2030')
ADVERTISEMENT