Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
CVT atau Continous Variable Transmission merupakan komponen penggerak pada sepeda motor matik. Komponen inilah yang menyalurkan putaran mesin ke roda belakang dengan bantuan dua pulley yang terhubung pada sabuk v-belt.
ADVERTISEMENT
Kinerja komponen pada CVT saling berkaitan satu sama lain. Artinya, jika tak dirawat secara berkala dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar, biaya servis pun jadi bertambah.
Selain karena waktu pemakaian, kerusakan komponen di dalam CVT biasanya dipicu oleh perilaku berkendara pengemudi motor matik yang kurang baik. Beberapa kasus kerusakan biasanya terjadi pada komponen seperti roller, v-belt, dan kampas kopling ganda. Berikut penjelasannya.
1. Roller
Roller berbentuk bundar dan berfungsi sebagai pemberat pada pulley primer untuk mempermudah putaran pulley. Kepala Bengkel AHASS Honda Beji, Depok, Susanto, mengatakan biasanya kerusakan roller disebabkan pemakaian motor setiap hari dengan jarak tempuh yang jauh.
"Roller kan bentuknya seperti tabung melingkar ya. Kalau sudah dipakai jarak tempuhnya lumayan jauh dia agak peyang, tidak bulat seperti semula," kata Susanto saat ditemui kumparan, Jumat (11/10).
ADVERTISEMENT
Selain itu, perilaku berkendara dengan menarik tuas gas terlalu dalam dan langsung ngebut bisa menyebabkan komponen roller dan rumah roller cepat aus. Jika sudah begini, CVT akan mengeluarkan suara yang tidak normal dan berpengaruh pada tarikan mesin.
"Sering geber-geber motor dari kecepatan bawah langsung tancap gas ke kecepatan tinggi itu bisa bikin roller-nya cepat aus.
V-belt terbuat dari bahan karet yang kuat untuk meneruskan putaran mesin ke roda belakang. Namun, lama kelamaan komponen ini bisa tidak lentur, bahkan retak.
"Biasanya gejala kerusakan v-belt terjadi saat kondisinya sudah retak-retak, ngerinya putus di jalan," ujar Susanto.
Jika v-belt putus, efeknya tidak ada perpindahan putaran mesin ke roda belakang, motor pun akan mogok. Beberapa kasus putusnya v-belt juga bisa merusak komponen lain pada CVT. V-belt yang putus bisa melilit pulley hingga menyebabkan komponen di sekitarnya hancur.
ADVERTISEMENT
Susanto menyarankan, v-belt harus diperiksa secara rutin setiap kali servis berkala. Ini untuk memastikan kondisi v-belt tidak retak.
"Karena letak v-belt tertutup, tidak seperti rantai, jadi harus dicek rutin setiap kali servis," ucap Susanto.
Komponen ini akan berputar ketika tuas gas ditarik dan menjepit rumah kopling agar roda belakang dapat berputar. Menurut Susanto, kebiasaan menarik tuas gas sambil mengerem secara bersamaan bisa membuat kampas kopling menjadi aus.
"Kampas kopling itu kan kalau motor dijalankan akan berputar, tapi kalau kita menarik gas sambil ngerem gesekan di kampas kopling akan lebih besar sehingga akan hangus," lanjut Susanto.
Kondisi ini sering terjadi saat situasi macet. Jika kampas kopling sudah menipis, dampaknya kampas akan tidak kuat menahan rumah kopling sehingga terjadi selip.
ADVERTISEMENT
Tips Perawatan CVT
Sebenarnya, jadwal perawatan dan perbaikan CVT secara interval sudah tercatat dalam buku manual yang didapat dari diler. Namun, masih banyak pemilik sepeda motor yang menganggap informasi pada buku manual tidak terlalu penting.
Agar performa CVT tetap terjaga, baiknya pengendara melakukan penggantian rutin setiap masa pakai motor 24.000 kilometer atau setahun sekali.
“Untuk kenyamanan coba diikuti dengan tertib servis berkala, jadi motor sehat dan terkontrol. Tidak perlu khawatir selama perjalanan,” kata Susanto.
Khusus pemakaian sepeda motor setiap hari dengan jarak yang jauh seperti ojek online, Susanto mengimbau untuk memeriksa dan mengganti komponen CVT setiap 5 bulan sekali.
“Kalau pemakaian setiap hari, misalnya driver ojek online, kurang dari setahun sekitar 5 bulan biasanya sudah harus ganti. Kalau lewat dari itu ya bisa tahan tapi takutnya kerusakan merembet ke bagian lain,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT