Catatan Test Ride BMW F 850 GS

30 Oktober 2018 17:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu kumparanOTO sempat menjajal motor petualang terbaru dari BMW Motorrad yang meluncur dalam gelaran GIIAS 2018 lalu. Model tersebut adalah BMW F 850 GS.
ADVERTISEMENT
Sebagai motor besar yang hidup di dua alam, kemampuannya untuk melibas medan off-road yang berlumpur, berkerikil, maupun tanah tidak usah diragukan lagi. Namun bagaimana ceritanya bila sebuah motor petualang digunakan untuk tunggangan sehari-hari? Simak ulasannya di bawah ini.
Posisi Berkendara
BMW F 850 GS bagai jerapah bagi seorang pemula. Wujudnya yang jangkung nan ramping, membuat siapa saja yang menaikinya langsung ikut meninggi dan lebih gagah dibanding sepeda motor umumnya.
Lewat tinggi jok 860 mm, membuat orang dengan tinggi 171 cm tidak dapat menapak sempurna kedua kakinya. Tapi tidak jinjit amat rasanya, ya bisa dibilang masih acceptable. Ini karena suspensinya yang empuk langsung merendahkan ketinggian joknya, persis dengan motor trail yang sedikit ambles ketinggiannya ketika diduduki pengendaranya.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Setangnya yang lebar membuat posisi tangan sangat nyaman. Selain lebar, posisinya yang tinggi juga menambah percaya diri bagi siapa saja yang menungganginya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan posisi kaki ketika menginjak foot peg, sama-sama nyaman ternyata. Kedua kaki menekuk secara proporsional dalam artian tidak terlalu ke belakang selayaknya motor sport.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Performa Mesin
Jantung mekanis BMW F 850 GS disokong oleh mesin berkubikasi 853 cc berpendingin cairan dua silinder. Di atas kertas, mesinnya itu memuntahkan tenaga hingga 95 dk pada 8.250 rpm dan torsi maksimum 92 Nm pada 6.250 rpm yang disalurkan pada transmisi manual 6 percepatan.
Pertama kali menghidupkan mesin, raungan dua silinder langsung menggelegar. Tapi bukan suara seperti mesin motor sport 250 cc kebanyakan, suaranya lebih bulat dan berisi, apalagi saat digeber, makin berasa sangarnya.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Seperti moge kebanyakan, tenaga bawahnya langsung terasa. Cukup menghentak tenaganya, jadinya ketika hendak menarik gas dalam-dalam, badan harus dicondongkan ke depan agar tidak kaget saat merasakan ledakan tenaga mesinnya.
ADVERTISEMENT
Putaran mesin dari bawah langsung cepat naik yang dibarengi dengan perpindahan gigi secara bertahap dari 1 ke 4. Ya, untuk pemakaian dalam kota, menungganginya sampai gigi 4 saja sudah cukup. Bukan karena takut untuk berpindah ke gigi yang lebih tinggi, tapi medan jalan yang tidak cukup panjang untuk mencoba akselerasinya karena macet.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Di samping puas dengan tenaga mesinnya, sayangnya area selangkangan tidak begitu mendapatkan kepuasan yang sama. Hawa panas mesin langsung menyeruak ke daerah paha, terutama saat macet.
Meskipun sudah ada kipas yang membantu menurunkan suhu mesin, tetap saja ketika dalam keadaan tersendat, kenyamanan mengendarai moge petualang ini terganggu.
Pilihan modus berkendara yang ada seperti Enduro, Enduro Pro, Rain, Road, Dynamic, rasanya tidak terlalu membantu ketika menungganginya di dalam kota. Kecuali pada modus Rain saat melintasi di bawah guyuran hujan, tenaganya terjaga agar tidak terlalu liar sehingga traksi ban selalu ada.
ADVERTISEMENT
Handling dan Stabilitas
Karena setangnya lebar, handling motor ini di jalanan tengah kota sedikt memudahkan manuver saat U turn, atau belok masuk ke parkiran atau gang-gang.
Kami suka saat melibas tikungan yang panjang, seperti yang ada pada flyover Ciputat, rasanya begitu nurut untuk diajak merebah walaupun bannya berupa dual purpose.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Tapi tetap saja, bodinya yang bongsor tetap menyulitkan ketika harus menyelip di kemacetan, jadinya harus bersabar tidak bisa gesit dan lincah ketika mengendarai motor pada umumnya.
Apabila menggunakan matik biasa, perjalanan menuju kantor kumparan di Pasar Minggu dari Pamulang memakan waktu 40 menit, dengan BMW F 850 GS memakan waktu setidaknya 65 menit karena susah untuk selap-selip.
ADVERTISEMENT
Kemudian bicara karakter suspensi, seperti dikatakan di awal, suspensinya yang empuk membuat kenyamanan begitu maskimal. Apalagi ketika melintasi medan jalan yang berjerawat atau dipenuhi dengan lubang kecil dan bumpy, sangat mudah menerabasnya.
Fitur Hiburan
Kami juga suka panel instrumen dengan layar TFT 6,5 incinya. Selain modelnya yang sudah full digital, ternyata mampu memberikan informasi umum yang lengkap ditambah navigasi, indikator tekanan ban, pemutar musik, sampai rekaman gaya berkendara yang akan lebih berfaedah ketika motor ini digunakan di alam yang berbeda, medan off-road maksudnya.
Spedo meter BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Spedo meter BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Konsumsi Bahan Bakar
Terakhir, bicara konsumsi bahan bakar BMW F 850 GS, ketika digunakan dalam kota untuk kegiatan komuter, panel instrumennya mencatat 28 km per liter. Beda halnya ketika digunakan untuk trabas medan off road, berdasarkan laman resmi BMW Motorrad Indonesia, konsumsi bahan bakarnya mencapai 24 km per liter.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Kesimpulannya kami puas dengan performa yang ditawarkan moge dengan banderol Rp 549 juta off the road ini, meskipun hanya menjajalnya dalam kondisi jalan yang beraspal. Motor yang dikhususkan untuk siapa saja yang hobi trabas ini memang tidak begitu direkomendasikan untuk motor sehari-hari. Selain mesinnya yang panas juga tidak terlalu lincah dan gesit ketika berada di kemacetan.
Namun kalau Anda kuat panas, tangguh, dan punya kesabaran yang tinggi tidak ada salahnya menggunakan BMW F 850 GS sebagai tunggangan komuter.
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Kunci BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kunci BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Analog pengaturan panel instrumen BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Analog pengaturan panel instrumen BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Saklar BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Saklar BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Lampu rem BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lampu rem BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BMW F 850 GS. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)