Daihatsu Sebut Segmen Mobil LCGC Masih Prospektif

18 Juni 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daihatsu di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daihatsu di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Marketing Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation (AIDSO) Tri Mulyono mengatakan, segmen mobil LCGC (Low Cost Green Car) masih relevan dengan pasar otomotif nasional.
ADVERTISEMENT
"Kalau segmen LCGC digabungkan sepertinya jadi kontributor terbesar. Ya, masih dibutuhkan karena penerimaannya masih tinggi," kata Tri ditemui di Bandung, Jawa Barat belum lama ini.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor atau Gaikindo, total penjualan mobil LCGC periode Januari-Mei jumlahnya sudah mencapai 74.391 unit atau menyumbang porsi 22,2 persen pangsa pasar dari keseluruhan wholesales (pabrik ke diler) 334.969 unit.
Hasil tersebut hanya disumbangkan dari lima model, yang bahkan lebih sempit lagi jika dirangkum berdasarkan merek yakni Daihatsu Sigra, Daihatsu Ayla, Toyota Calya, Toyota Agya, dan Honda Brio Satya.
Honda Brio Satya di pameran otomotif IIMS 2024. Foto: Sena Pratama/kumparan
Penjualan mobil LCGC periode Mei 2024
ADVERTISEMENT
Penjualan mobil LCGC periode Januari-Mei 2024
Lebih lanjut, Tri bilang ada beberapa faktor yang membuat mobil LCGC masih diserap dengan baik oleh masyarakat Indonesia, yaitu harga dan biaya perawatan, utamanya model dengan 'kemasan' MPV yang menawarkan kapasitas hingga tujuh penumpang.
"Rasanya kalau dilihat hari ini kenapa LCGC MPV lebih baik (penjualannya) dibanding LCGC hatchback. Menurut saya yang utama pastinya ownership cost, jadi harga mobil, biaya perawatan, purna jualnya itu pasti jadi yang utama," imbuhnya.
Kemudian, dirinya membeberkan bahwa mayoritas konsumen pembeli pertama mobil baru cenderung menaruh pilihannya ke model-model LCGC. Bahkan pada situasi ekonomi saat ini, tak sedikit yang mulai beralih dari non-LCGC.
Peluncuran new Toyota Calya Foto: M. Ikbal/kumparan
"Kebutuhan mobilnya ada, orang cenderung wait and see. Ketika indikator ekonominya masih melihat dan menunggu, maka orang yang tetap butuh mobil baru mereka akan mencoba mencari yang lebih ekonomis," terang Tri.
ADVERTISEMENT
Sudah 10 tahun sejak regulasi LCGC pertama kali terbit, dimulai dari Toyota Agya dan Daihatsu Ayla sebagai pionir. Kemudian lambat laun muncul variasi model baru, hingga pada akhirnya format pilihannya lebih sederhana dan sedikit seperti sekarang ini.
"LCGC yang membedakan dengan lainnya adalah tarif PPnBM-nya. Adanya kebijakan ini sangat signifikan yang memacu pertumbuhan dari sektor otomotif," pungkas Tri.
Data penjualan mobil LCGC yang dikompilasi kumparan dari Gaikindo. Foto: kumparan
Bila melihat riwayat penjualan wholesales mobil LCGC satu dekade terakhir, kontribusi rata-ratanya berada di sekitar angka 20 persen. Tiga tahun awal berjalan dimulai dari 4,16 persen dan terus meningkat hingga 16,43 persen dari total pasar rata-rata satu juta unit per tahun.
LCGC mampu menyumbang porsi 20 persenan sejak tahun 2016 dan terus bertahan hingga 2019, tepat sebelum pasar otomotif nasional anjlok drastis akibat pandemi Covid-19. Kendati demikian, bahkan tahun 2020 segmen ini masih mampu mendulang pangsa pasar sebesar 19,67 persen dari total yang hanya meraup 532.027 unit.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, perolehan distribusinya mulai merangkak naik kembali. Pada 2021, LCGC berhasil mendulang angka penjualan sebanyak 146.520 unit alias mengambil 16,51 persen pangsa pasar dari total 887.202 unit.
Selebihnya dari 2022 hingga 2024, market share segmen LCGC perlahan tapi pasti kembali bergairah, hingga akhirnya berkontribusi sebesar 22,2 persen pada Januari-Mei 2024.
***