Dilanda Krisis Chip, Ekspor Motor Indonesia 2022 Turun 7,5 Persen

23 Januari 2023 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Penjualan motor domestik selama 2022 mencatatkan hasil yang manis dengan angka 5,2 juta atau naik 3,2 persen dibanding dengan tahun 2021. Catatan itu ternyata tidak diikuti dengan capaian ekspor.
ADVERTISEMENT
Melansir data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), kinerja pengiriman motor ke luar negeri selama tahun lalu sebanyak 743.551 unit atau turun 7,5 persen dibanding dengan 2021 yang mendulang angka 803.931 unit.
Pengapalan terbanyak terjadi pada bulan Agustus dengan jumlah 75.481 unit, lebih tinggi 2,6 persen dibandingkan dengan tahun 2021 pada periode yang sama dengan raihan 73.521 unit.
Sementara bulan Desember menjadi yang paling sedikit dengan total 47.362 unit atau turun 19,1 persen bila disandingkan dengan data ekspor bulan yang sama tahun 2021 sebanyak 58.575 unit.
Pabrik Kawasaki Motor Indonesia Foto: Istimewa
Adapun, kategori skuter menjadi jenis motor yang paling dominan diekspor tahun 2022 dengan okupasi 67,12 persen. Sementara kategori sport memenuhi permintaan sebesar 21,51 persen dan underbone sebanyak 11,37 persen.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Komersil AISI Sigit Kumala mengatakan, turunnya kinerja ekspor motor Indonesia disebabkan masalah kelangkaan chip semikonduktor.
“Iya betul karena kan terganggu supply semikonduktor itu, kan. Otomatis kita tidak bisa memenuhi permintaan ekspor karena (suplai) dalam negerinya aja kekurangan,” kata Sigit ketika dihubungi kumparan (16/1).
Adapun, dirinya menyebut, hingga kini AISI masih belum menetapkan target ekspor untuk tahun 2023. Sebab, pihaknya masih perlu mengkaji situasi pasar dan ekonomi secara global.
“Harus kita lihat di tahun ini, ya. Apakah negara-negara itu permintaannya masih tinggi seperti yang lalu atau enggak karena kan informasinya sepertiga dari dunia ini akan mengalami resesi. Nanti (soal) permintaannya tetap tinggi atau enggak ini perlu kita cermati, mudah-mudahan tidak,” pungkas Sigit.
ADVERTISEMENT
***