Dipersulit di Barat, Ini Strategi Merek Mobil Listrik China Kuasai Pasar Global

14 Oktober 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengunjungi kantor pusat BYD di Shenzhen China Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mengunjungi kantor pusat BYD di Shenzhen China Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu lalu, negara Uni Eropa menaikan pajak mobil listrik China yang dijual di Eropa. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan China untuk melebarkan sayap mereka dalam mendominasi pasar mobil listrik global.
ADVERTISEMENT
Selama setahun terakhir, salah satu produsen mobil listrik dari China seperti BYD dan beberapa merek lain sudah melakukan terobosan di Asia Tenggara, Amerika Latin hingga Afrika.
Terobosan baru terus mereka lakukan meski Kanada dan Amerika Serikat menaikan pajak mobil listrik hingga 100 persen. Sementara negara Uni Eropa sudah menaikan pajak mobil listrik China hingga 45 persen.
Ilustrasi mobil listrik di Amerika Serikat. Foto: Shutterstock
Disitat dari VOA News, perusahaan listrik China sudah mengumumkan rencana mereka untuk melakukan investasi dengan membangun pabrik baru di Thailand dan Brasil. Mereka juga sudah membuka showroom baru di Zambia, Kenya hingga Afrika Selatan.
Direktur Program Amerika di Pusat Studi Strategis dan Internasional, Ryan Berg mengibaratkan pasar mobil listrik seperti balon yang mengembang penuh.
ADVERTISEMENT
"Ketika negara-negara seperti AS, Uni Eropa, Kanada, dan negara-negara lain menekan (balon), udaranya akan mengalir ke tempat lain. Nah, udara saat ini akan mengalir ke negara-negara berkembang yang belum mengenakan tarif pada mobil-mobil China sejak awal," kata Berg.
Asisten Profesor Manajemen Teknik di Universitas George Washington, John Helveston bilang, dari perspektif bisnis, perusahaan kendaraan listrik China berusaha pindah ke pasar yang memiliki lebih banyak ruang untuk mendapatkan keuntungan.
"Maksud saya, seperti halnya Toyota, GM, Ford, dan Volkswagen. Perusahaan-perusahaan seperti BYD juga merupakan perusahaan global. Mereka ingin berekspansi seperti bisnis sukses lainnya," kata Helveston kepada VOA.
Ilustrasi BYD M6. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Di Amerika Latin, BYD berencana menjalin kemitraan dengan Uber. Nantinya akan menyediakan 100 ribu kendaraan listrik buatan China bagi pengemudi Uber di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, BYD rencananya bakal mendirikan pabrik mobil baru di Brasil timur yang akan mulai beroperasi pada tahun 2025. Baik BYD maupun Great Wall memiliki pusat penelitian dan pengembangan, produksi, dan penjualan lokal di Brasil.
Di Asia Tenggara, tepatnya di Thailand Great Wall dan BYD sudah mulai melakukan ekspansi. BYD membuka fasilitas produksi di Thailand pada bulan Juli. Pimpinan perusahaan, Wang Chuanfu, mengatakan BYD telah menguasai 40 persen pangsa pasar kendaraan listrik.
Sementara Great Wall, pada awal tahun ini menjadi perusahaan kendaraan listrik China pertama yang memproduksi massal kendaraan listrik di luar negeri melalui fasilitas produksinya di Thailand.
Proses perakitan mobil Great Wall Motor Haval Jolion di pabrik Inchcape, Wanaherang, Bogor, Rabu (9/10). Foto: dok. Inchcape Indonesia
Selain di Thailand, BYD juga sudah menguasai pangsa pasar di Singapura dan Malaysia. Berdasarkan statistik pemerintah, mobil setrum mereka menduduki peringkat kedua sebagai merek mobil terpopuler di Singapura berdasarkan penjualan pada paruh pertama tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Di Malaysia, BYD menempati peringkat 10 besar merek mobil bila dibandingkan dengan semua kendaraan yang terdaftar, setelah BMW dan Mercedes-Benz.
Lalu di Afrika, Spesialis China di Pusat Studi Strategis Afrika di Universitas Pertahanan Nasional di Washington Paul Nantulya mengungkapkan, Afrika menyediakan peluang pasar yang besar bagi perusahaan mobil listrik China.
Tapi, peluang tersebut tidak lah mudah, ada banyak tantangan yang harus dihadapi pabrikan mobil setrum asal Negeri Tirai Bambu itu. Mulai dari infrastruktur untuk kendaraan listrik di Afrika yang terbatas, hingga kurangnya stasiun pengisian daya.
Lebih lanjut, Nantulya mengungkapkan di Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC), China dan Afrika sedang membangun hubungan jangka panjang, khususnya dalam hal energi hijau dan sektor kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 122 proyek energi hijau telah dilaksanakan sejak FOCAC terakhir, jadi antara tahun 2021 dan 2024, 122 proyek energi hijau telah dilaksanakan di seluruh benua Afrika di 40 negara. Jadi, permintaannya sangat besar, dan stabil," katanya kepada VOA.