Ekonom Indef: Relaksasi PPnBM Terlambat, Hasilnya Tak Signifikan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Pada webinar yang digelar Minggu (21/2) bertajuk 'Apa Kata Konsumen Tentang Gratis Pajak Mobil Baru?', Tauhid mengungkapkan beleid tersebut terlambat diberlakukan.
Mengingat negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand, diberikan pada pertengahan 2020. Mereka tercatat berhasil menaikkan penjualan, dan menekan angka penurunan penjualan.
Sementara Indonesia, penjualan mobil pada 2020 secara akumulasi, mengalami koreksi cukup dalam. Ya, khususnya dibandingkan dengan negara tetangga.
"Jadi menurut saya usulannya relatif terlambat, pada saat dibutuhkan," ujarnya.
Seberapa efektif relaksasi PPnBM
Tauhid juga menyoroti soal pergerakan industri otomotif, yang malah sudah membaik secara alami. Berdasarkan data yang diutarakannya, tren pertumbuhan per bulan sudah naik sejak 6 bulan terakhir di 2020, bahkan sampai Januari.
Pada segmen 1.500 cc pada periode Maret 2019 sampai Februari 2020, ada di kisaran 0,98 persen per bulan. Sedangkan sepanjang pandemi malah di angka 5,41 persen.
ADVERTISEMENT
Artinya tanpa ada relaksasi PPnBM pun, kata Tauhid, pertumbuhan daripada penjualan kendaraan bermotor 1.500cc atau di bawah 1.500 ini akan kembali menuju normal.
"Katakanlah dia akan mencapai penjualan kurang lebih 80 ribu per bulan, tidak lama lagi, saya kira pertengahan tahun akan normal, apalagi bila ada PPNBM," tutur Tauhid.
Dampak ekonomi sangat kecil
Menghitung dengan computable general equilibrium model, Tauhid mengutarakan, kebijakan PPnBM juga dianggap tak berdampak signifikan untuk ekonomi.
Ya bila dilihat hasilnya cenderung nol, bahkan sampai dua angka di belakang koma. Hitungan dengan ini juga disebut Tauhid pernah dilakukan Kementerian Perindustrian (bisa dilihat tabel).
"Kebijakan PPnBM 0 persen untuk kendaraan bermotor tak perlu dilakukan. Tanpa kebijakan pun penjualan sedang menuju normal. Dan dampak ekonominya dapat dikatakan sangat kecil," ucapnya.
ADVERTISEMENT