Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Teknologi Anti-lock Braking System (ABS) sesuai namanya punya fungsi mencegah ban mengunci saat menerapkan pengereman keras. Tak cuma itu, dengan ABS, jarak pengereman juga jadi lebih pendek.
ADVERTISEMENT
Sayangnya dengan keunggulannya tersebut, tidak menjadikan fitur ini sebagai piranti standar di motor-motor yang dijual di Indonesia.
Meskipun nantinya terealisasikan, ternyata General Manager Honda Driving Safety Promotion Center Honda Motor Company Ltd. Hidehiko Nakajima enggan merekomendasikan ABS jadi fitur keselamatan standar roda dua di Indonesia.
Ya, karena ABS lazimnya hanya dipahami dengan dua kalimat di atas tadi: mencegah ban terkunci dan jarak pengereman yang lebih pendek. Padahal di samping itu, ada hal lain yang harus dipahami banyak orang soal rem ABS.
Menurutnya, konsumen akan sia-sia membeli motor yang harganya lebih tinggi dengan ABS, bila tidak dibarengi dengan pemahaman cara menerapkan ABS.
"Mudah saja menanam ABS di motor tapi harganya akan meningkat, jadi tidak bagus untuk konsumen, akan lebih bagus effort-nya untuk edukasi bagaimana memahami pengereman yang ideal (tanpa ABS) itu lah kepercayaan kami," ujar Nakajima saat ditemui kumparan di arena Sirkuit Suzuka, Jepang, Kamis (3/10).
ADVERTISEMENT
Nakajima menambahkan, pemakaian ABS tidak boleh asal. Pengendara motor wajib memahami betul penerapan saat sebelum, sedang, dan sesudah melakukan pengereman menggunakan ABS.
Bila salah menerapkannya, keberadaan ABS justru dapat mencelakakan. ABS idealnya tidak boleh digunakan saat menikung, posisi setang tidak tegak lurus, dan tidak disertai dengan rem belakang.
Oleh karena itu Nakajima justru merekomendasikan, pengendara di Indonesia harus meningkatkan lagi edukasi soal keselamatan berkendara, termasuk cara pengereman yang baik baru kemudian pemahaman menggunakan ABS.
"Seperti yang terjadi di Thailand, banyak orang yang justru hanya melakukan pengereman depan (dengan ABS), tanpa menambah tekanan rem belakang, sama saja terjadi kecelakaan, jadi edukasi adalah hal yang utama," tambah pria ramah ini.
Menurutnya, jumlah sepeda motor di Asia Tenggara terpaut banyak. Sejalan dengan itu, angka kecelakaan lalu lintas pun tinggi, yang mengindikasikan partisipasi soal keselamatan berkendara masih kurang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, menurutnya akan lebih baik pengendara terbiasa menggunakan rem konvensional. Khawatirnya banyak orang akan lebih mengandalkan teknologi tersebut ketimbang keterampilan teknisnya di jalan.
"Sekarang ini ada banyak macam sensor yang membantu kendali bahkan mencegah terjadinya kecelakaan. Tapi tetap saja, semua itu tergantung perilaku orangnya sendiri, tanpa pengendaraan yang baik, kecelakaan tidak akan berkurang," tuntas Nakajima.