GAC Aion Riset Mobil Listrik Khusus Jadi Taksi Online di Indonesia

2 Juni 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 2 Juli 2024 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ragam mobil listrik GAC Aion di headquarter Guangzhou, China.  Foto: Angelina Anjar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ragam mobil listrik GAC Aion di headquarter Guangzhou, China. Foto: Angelina Anjar/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
GAC Aion membeberkan salah satu strateginya menembus pasar Indonesia yang kini sudah penuh sesak dengan mobil listrik pabrikan China. Vice President of Aion Indonesia, Qin Bangshu, ingin produknya masuk ke RI lewat kerja sama dengan perusahaan atau fleet.
ADVERTISEMENT
Pasar B2B (business to business) yang mau disasar adalah ride hailing, seperti Gojek dan Grab, serta taksi. “Kami menilai sudah waktunya bagi mobil listrik untuk masuk ke pasar B2B di Indonesia, seperti taksi Grab dan taksi,” kata Qin saat ditemui di Guangzhou, China, belakangan ini.
Tapi, menurut Qin, model mobil listrik yang dipakai untuk bisnis ini tentunya bakal berbeda dengan yang model mobil listrik yang dijual ke ritel. Kata Qin, perusahaannya akan menyiapkan unit khusus, salah satunya model Hyper HT.
Ragam mobil listrik GAC Aion di headquarter Guangzhou, China. Foto: Angelina Anjar/kumparan
Selama ini, GAC Aion sudah menjalankan bisnis ride hailing dan taksi itu di Guangzhou, dan jumlahnya cukup banyak. “Banyak taksi dan ride hailing pakai mobil listrik GAC Aion. Kami sangat kuat di sini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Qin bercerita, dalam riset pasarnya, mereka menemukan bahwa kini masih sulit mengembangkan pasar mobil listrik di kota-kota kecil di Indonesia. “Jadi, saya rasa B2B adalah langkah yang tepat, kerja sama dengan fleet. Bertahap, dengan begitu akan berkembang pasar mobil listrik itu sendiri.”
Qin menambahkan, meski menyasar pasar B2B, GAC Aion tetap menargetkan penjualan yang lebih besar dari sisi ritel. “Saya rasa B2C (business to customer) itu sekitar 70 persen, lalu 30 persen lainnya dari B2B,” kata Qin.
Laporan: Angelina Anjar/kumparan