Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Gaikindo: Industri Otomotif RI Tak Terdampak Tarif Trump, Tapi Perlu Waspada
10 April 2025 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan industri otomotif nasional saat ini tidak berdampak langsung dari kebijakan baru tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak terkena dampak karena tidak ada ekspor ke Amerika Serikat dan impor produk otomotif dari mereka dalam bentuk utuh CBU (Completely Built Up)," kata Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara dihubungi kumparan, Rabu (9/4).
Senada dengan Kukuh, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menambahkan, meski tak berpengaruh langsung namun negara perlu mencermati efek lain yang ditimbulkan dari dampak lainnya.
"Memang dampak langsung tidak ada, karena ekspor kita dalam (bentuk) komponen ke AS, tetapi harus dicermati dampak lainnya seperti pelemahan kurs rupiah dan pelemahan ekonomi karena sektor lain yang terdampak," buka Bob Azam kepada kumparan pekan ini.
Dampak tersebut dikhawatirkan menjadi efek domino yang mempengaruhi sektor lain di industri otomotif, seperti komponen dengan teknologi tinggi. Kemudian kenaikan suku bunga hingga berkurangnya daya beli masyarakat akibat melemahnya industri lain.
ADVERTISEMENT
"Kita percayakan kepada pemerintah untuk take action, mudah-mudahan bisa diredam dan kita bisa ubah pinch to chance," jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bidang Ketenagakerjaan ini.
Berdasarkan data Gaikindo, tidak ditemukan produk ekspor otomotif yang dikirim langsung ke AS. Namun, kebijakan itu bukan berarti tak bakal menutup peluang Indonesia jika suatu saat ingin merambah ekspansi ke Negeri Paman Sam tersebut.
"Karena tarif tinggi ini kan yang membayar konsumen yang di sana. Kalau barangnya diminati dan butuh mereka pasti akan impor," tuntas Kukuh.
Indonesia termasuk negara eksportir produk otomotif dalam bentuk utuh atau Completely Built Up (CBU) ke sejumlah negara tujuan di benua Amerika, tepatnya Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Meksiko, Uruguay, Panama, Chile, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Indonesia harus ekstra waspada, pemerintah perlu segera memitigasi dengan diversifikasi pasar ekspor. Tak hanya di AS, tetapi juga untuk pasar global lainnya khususnya BRICS yang Indonesia sudah tergabung di dalamnya," tambah Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu.
Asosiasi komponen otomotif Indonesia khawatir banjir produk China di Tanah Air
Sementara itu para pengusaha komponen otomotif yang tergabung dalam Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyampaikan kekhawatiran atas dampak kebijakan Presiden Trump yang mengenakan tarif impor 32 persen terhadap industri Indonesia.
Sekjen GIAMM, Rachmat Basuki, mendorong penerapan hambatan non-tarif seperti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna melindungi industri nasional dari serbuan barang impor yang tidak kompetitif secara kualitas dan harga.
ADVERTISEMENT
“Meski ada tantangan, kami tetap optimistis. Pasar Amerika masih terbuka. Selama tarif yang dikenakan terhadap Tiongkok tidak lebih rendah dari kita, produsen dalam negeri masih punya peluang untuk bersaing," ujar Basuki dalam keterangan resminya, Minggu (6/4).
Basuki turut menyoroti potensi banjirnya produk komponen otomotif dari China ke pasar Indonesia akibat kebijakan dagang Amerika terhadap Negeri Tirai Bambu itu. "Produk-produk murah dari China, terutama untuk kebutuhan aftermarket, dikhawatirkan akan memperlemah daya saing produk lokal," jelasnya.
***
kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park.
Mengusung tema “Sinergi Menuju Industri Otomotif Berkelanjutan,” forum diskusi ini menghadirkan para pemangku kepentingan, termasuk pemimpin industri, profesional, dan perwakilan pemerintah, untuk berdiskusi serta berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Nantikan infonya di kumparan!