Gaikindo: Produksi Mobil Listrik Nasional, Siapkan Dulu Baterainya

23 Mei 2018 16:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ezzy ITS (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ezzy ITS (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, mengomentari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mengirimkan surat rekomendasi tentang program percepatan kendaraan listrik nasional ke Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, usulan soal Indonesia yang harus bisa memproduksi mobil listrik sendiri dengan merek nasional sangat positif. Tapi, ia pun menyarankan sebelum membuat produknya --mobil/motor listrik-- secara massal ada baiknya industri baterai di dalam negeri dibangun terlebih dahulu.
"Indonesia mau membuat mobil listrik boleh, tapi yang terutama harus bikin baterainya dulu. Nah, ini kami sangat senang, karena artinya kita jadi negara elit pembuat baterai. Tapi harus diingat juga kalau pakai lithium, Indonesia enggak punya (bahan bakunya) dan harus impor semua dari Bolivia, China," kata Nangoi di sela-sela acara Press Conference GIIAS 2018, Selasa (22/5).
Dengan menguasai riset dan pengembangan baterai hingga ke industri, lanjut Nangoi, akan memberikan lapangan kerja baru khususnya untuk bidang riset hingga memikirkan bagaimana pengolahan dari limbah baterai itu sendiri.
ADVERTISEMENT
"Jika membicarakan mobil listrik jangan bicarakan mobilnya dulu tapi baterainya terlebih dahulu. Kalau kita membicarakan mobil listrik nasional dan semuanya serba impor lalu apa yang kita buat cangkangnya doang?" ujarnya.
Fokus pada baterai listrik ini juga semakin penting mengingat dalam mobil listrik, baterai ini harus didaur ulang setelah dipakai 10-15 tahun. Mengingat sulitnya hal ini, sampai sekarang baru ada satu atau dua negara yang bisa melakukannya. Sehingga kalau Indonesia mau dan bisa fokus membuat dan mendaur ulang baterai mobil listrik tentu akan menjadi keuntungan tersendiri.
Baterai bekas Toyota Prius (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baterai bekas Toyota Prius (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Bahan baku
Tak ketinggalan, dia pun menyebut soal bahan baku dari baterai itu sendiri yang tidak tersedia secara lokal. Saat ini, menurut Nangoi, banyak mobil listrik memakai baterai lithium-ion, yang mana baru tiga negara yang bisa membuat baterai berjenis ini, yakni China, Jepang, dan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Dalam mengembangkan baterai ongkosnya pun tak sedikit. Nangoi mencotohkan bila General Motors yang bekerja sama dengan LG menginvestasikan 4,5 miliar dolar Amerika Serikat (sekira Rp 63 triliun) untuk membuat baterai dan sistem manajemen baterai yang sama saat ini masih dalam bentuk tahap uji coba.