
Perusahaan pembuat komponen turbocharger untuk mobil, Garrett Motion Incorporated, baru saja mengajukan bangkrut pada Senin (21/9) lalu.
ADVERTISEMENT
Melansir dari The Drive, perusahaan turbocharger yang kini berbasis di Swiss itu mengalami kebangkrutan akibat menurunnya penjualan karena pandemi COVID-19 serta beban utang yang harus dibayarkan pasca Garrett melepaskan diri dari induk perusahaan Honeywell International pada 2018 lalu.
Meskipun fundamental bisnis kami kuat dan kami terus mencoba mengembangkan strategi bisnis, tekanan finansial dari beban utang yang berat, serta kewajiban yang kami warisi dalam spin-off dari Honeywell, lalu diperburuk oleh COVID-19, memberikan beban jangka panjang pada bisnis kami," ucap Olivier Rabiller, Presiden dan CEO Garrett Motion.
Dalam perjanjian pemisahan dari induk perusahaan Honeywell International, Garrett Motion memang diharuskan membayar ganti rugi 30 tahun akibat paparan asbes terhadap merek bersejarah Honeywell, Bendix.

Menariknya, klaim kebangkrutan yang diajukan oleh Garrett tersebut, dinilai pihak Honeywell sebagai upaya lari dari tanggung jawab hukum atas kewajiban Garrett membayar utang.
"Garrett selalu mampu memenuhi kewajiban tersebut dengan aset yang diterimanya dalam spin-off," tutur juru bicara Honeywell kepada The Wall Street Journal.

Dengan pengajuan kebangkrutan bab 11 tersebut, bukan berarti Garrett Motion akan berhenti memproduksi teknologi turbocharger canggih untuk kendaraan.
ADVERTISEMENT
Justru, pengajuan kebangkrutan tersebut, adalah sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perusahaan yang mencari calon pemilik baru.
Adapun, hingga saat ini sudah ada 1 perusahaan besar, yakni KPS Capital Partners yang tertarik mengambil alih Garrett Motion. KPS Capital Partners kabarnya siap menggelontorkan dana hingga $ 2,1 miliar.
Lantas, akankah hal itu benar terwujud dan Garrett kembali aktif memproduksi turbocharger?
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)