Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Hyundai Pastikan Pabrik Baterai HLI Tetap Beroperasi Meski LG Hengkang
25 April 2025 6:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama memastikan pabrik baterai PT Hyundai LG Industri (HLI) Green Power tetap beroperasi.
Hal tersebut disampaikan di sela-sela diskusi RE Invest Indonesia di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025). Hendry menjelaskan pabrik tersebut sudah beroperasi sejak 2024 sehingga tidak memengaruhi produksi.
“Dari kami sendiri untuk LG dan Hyundai sudah memiliki join venture yang namanya HLI. Produksi battery cell yang sekarang sudah berjalan sejak Juli 2024,” kata Hendry di Jakarta Pusat.
“Atas berita ini tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia, karena HLI sendiri bisa sourcing dari lokasi-lokasi lain, dari pihak-pihak lain,” lanjutnya.
Hendry menjelaskan, saat ini HLI memproduksi baterai untuk Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) untuk perakitan mobil listrik Hyundai seperi Hyundai Kona Electric.
ADVERTISEMENT
“Kita di entitas HLI tidak ada perubahan karena memang isu yang beredar tidak mencakup pada cakupan HLI itu sendiri bahkan di area yang lebih hulu lagi,” tukasnya
“Sampai saat ini HLI memproduksi baterai cell pack yang digunakan oleh HMMI untuk di-asamble ke unit kami terutama hyundai Kona, dan sampai saat ini masih beroperasi seperti biasa.
Sebelumnya, LG merupakan bagian dari skema Indonesia Grand Package. Proyek tersebut merupakan pengembangan rantai pasok baterai EV mulai dari penambangan hingga produksi baterai.
Kerja sama tersebut dilakukan sejak 3 Juli 2024 dan diresmikan oleh Joko Widodo yang menjabat sebagai Presiden Indonesia saat itu.
Pabrik HLI ini berada di Karawang, Jawa Barat. Kapasitas tahunannya sebesar 10 gigawatt hour (GWh). Namun belakangan, LG memutuskan untuk mundur dan menarik investasi sebesar 11 triliun won atau sekitar Rp 130,7 triliun.
ADVERTISEMENT