Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Hyundai Sebut Revisi Target Gaikindo Realistis, Bisa Dicapai
7 November 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Target ini saya targetkan cuma 850 ribu unit, dari 1 juta turun ke 850 ribu unit,” tegas Nangoi di sela-sela pameran GIIAS Semarang, Rabu (23/10/2024).
Menanggapi hal tersebut, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto bilang angka tersebut sudah sesuai dan wajar.
“Itu reasonable sekarang jadinya, apalagi kan sekarang mungkin Gaikindo juga sudah mulai merencanakan buat program akhir tahun pasti akan mendorong,” kata Frans di sela-sela acara kunjungan ke pabrik hyundai, Rabu (6/11/2024).
Menurut Frans, angka 850 ribu unit tersebut bisa tercapai hingga akhir Desember nanti. Lantaran umumnya akan banyak pemesanan borongan (fleet) dari perusahaan.
“Biasanya Desember pasti akan puncak-puncaknya karena, selain program akhir tahun. Kedua itu company-company biasanya akan spending budget di akhir tahun untuk pembelian unit baru,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Promo akhir tahun
Lebih lanjut, Frans mengatakan, untuk mendongkrak penjualan, Hyundai akan memberikan program menarik hingga akhir tahun.
“Kami untuk Ioniq 5 seperti mobil EV ada program misalnya 3 tahun bebas bunga 0 persen. Stargazer juga ada, tapi tergantung dari segmennya ya,” ujarnya.
“Jadi ada segmen yang premium, ada segmen yang bawah. Yang premium itu dikasih tawaran bunga 0 persen, pasti akan ambil kenapa? Sebenarnya duitnya ada tapi dia lihat ada produk baru atau enggak. Kalau enggak ada produk baru tapi dia ada bunga yang menarik dia mau tuh 0 persen gitu,” ujarnya.
Sementara di segmen bawah, Frans menjelaskan ada konsumen lebih memilih DP (Down Payment) rendah. Program financing-nya dengan DP rendah masih jadi daya tarik bagi konsumen di segmen menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
“Cuma kan persoalan sekarang yang kena impact ini kan di Indonesia dari makro ekonominya kan kelas menengah. Karena kelas menengah ada yang ke bawah ada yang ke atas. Yang ke atas enggak begitu banyak yang ke bawah tuh banyak,” ujarnya.
“Belum lagi kan pressure dari pinjol (pinjaman online) dan judol (judi online) itu membuat daya beli orang turun. Kalau dibilang makro karena deflasi gitu ya 5 bulan berturut-turut, sekarang sudah inflasi lagi kan, jadi sudah gampang sekali lah itu hilang. Cuma sekarang orang tuh yang punya uang makin sedikit,” jelasnya.