Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pabrikan membawanya sebagai showcase teknologi platform I-MACS atau Isuzu Modular Architecture and Component Standard. Keunggulannya memungkinkan fleksibilitas tata letak komponen utama.
Sehingga dapat dirancang sesuai kebutuhan dan bentuk karoseri. Intinya I-MACS tidak melulu untuk mengembangkan truk listrik, tapi bisa sebagai platform kendaraan diesel konvensional, listrik, hingga hidrogen.
Untuk menjadi truk listrik, tersedia pilihan baterai 2 pack berkapasitas 40 kWh, 3 pack berkapasitas 60 kWh, atau 5 pack berkapasitas 100 kWh. Kapasitas baterainya yang besar itu bisa dimanfaatkan untuk fitur Vehicle to Load (V2L).
Kapan Isuzu Elf EV mengaspal di Indonesia?
Lalu yang jadi pertanyaan, kapan Isuzu Elf listrik turut dijual di Indonesia? Perihal ini Presiden Direktur PT IAMI Yusak Kristian Solaeman bilang masih butuh waktu studi untuk meniagakan secara retail, sebab di negara asalnya belum dijual umum.
ADVERTISEMENT
"Secara teknologi sudah siap, tapi dijual secara komersial belum, karena di Jepang dipakai dalam skala terbatas, artinya rental based," buka Yusak saat ditemui di ICE, BSD Tangerang beberapa waktu lalu.
Kata Yusak, Elf listrik digunakan untuk mendukung operasional minimarket Family Mart, khususnya sebagai distribusi logistik ke cabang-cabang dari pergudangan, yang mana rute-rutenya sudah jelas dan pasti.
IAMI katanya tengah mempelajari kemungkinan Elf EV juga akan disediakan dalam sistem sewa, mengingat konsumen kendaraan niaga mengutamakan biaya kepemilikan rendah, namun menjanjikan benefit lebih.
"Yang namanya teknologi berkembang cepat dan sangat jauh. Bicara dua tahun lalu dengan hari ini berkembang jauh, makanya kalau beli putus bisa bayangin tahun ini beli, tahun depan teknologi lebih maju. Dari sudut pandang konsumen tentu akan merasa painful sekali kalau beli EV," lanjutnya.
Terlebih katanya, kendaraan listrik masih baru di Indonesia. Di segmen niaga, konsumen masih memiliki keraguan dari sisi daya tempuh dan infrastruktur pengisian daya baterai.
ADVERTISEMENT
"Kemudian charging time lama dan charging station jauh, itu akan mengancam produktivitas, artinya tidak setinggi biasanya. Biasanya isi bahan bakar lima menit selesai, kalau ini butuh ultra fast charging satu sampa dua jam, nah itu kalau dihitung produktivitas di jam kerja berat sekali untuk konsumen," terangnya.
Live Update