Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Suzuki Jimny , sebuah nama yang mungkin sudah tidak asing bagi para pecinta SUV petualang di Indonesia. Meski telah hadir di Indonesia sejak tahun 1979, Jimny baru mencapai puncak kejayaannya di Indonesia pada generasi keduanya yang berkode bodi SJ40.
Kala itu di era 1980an hingga 1990an, Jimny SJ40 memang menjadi salah satu primadona bagi masyarakat Indonesia. Dimensinya yang kompak serta desain bodinya yang ikonik, menjadi salah satu alasan orang untuk memilih mobil ini.
Tidak hanya pada era 1980 hingga 1990an saja, eksistensi Jimny SJ40 ternyata kembali mencuat dalam 2 tahun belakangan ini. Salah satu penyebabnya, tentu saja kehadiran generasi keempatnya yang meluncur pada GIIAS 2019 lalu.
Ya, kehadiran generasi keempat Jimny tersebut, memang menjadi salah satu faktor yang membuat para pecinta Jimny di Indonesia kembali memburu versi lawasnya. Salah satunya, adalah Agung Widiatmoko.
Pria yang hobi otomotif sejak kecil tersebut, mengaku mulai tertarik dengan bentuk Suzuki Jimny SJ40, saat duduk di bangku kuliah.
“Jujur gue dari dulu memang suka dengan Jimny. Dari jaman kuliah, gue sudah tertarik dengan Jimny,” ujar Agung saat ditemui di Bogor, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, karena saat itu mobil dengan gaya modifikasi ceper sedang tren-trennya di Indonesia, membuat Agung belum tertarik untuk memiliki sebuah Jimny. Kini, setelah beberapa tahun berselang, ketertarikan Agung terhadap sebuah Jimny rupanya kembali muncul.
Awal tahun 2019 pun menjadi awal perkenalan Agung dengan Suzuki Jimny-nya. Saat itu, dirinya sebenarnya hanya iseng melihat-lihat salah satu situs jual beli mobil bekas. Berawal dari keisengan tersebut, tanpa disengaja Agung justru menemukan sebuah Jimny SJ40 berkelir kuning yang dijual.
“Sebenarnya waktu itu, gue lagi iseng-iseng saja buka situs itu. Enggak sengaja, gue lihat si Jimny itu. Pas gue lihat-lihat fotonya dan baca deskripsinya, wah menarik nih. Akhirnya, ya sudah gue kontak aja orangnya buat iseng-iseng nawar,” cerita Agung.
Gayung bersambut, sang pemilik cocok dengan harga yang ditawarkan Agung. Suzuki Jimny lansiran 1986 itu pun berpindah tuan.
Agung pun melakukan sejumlah ubahan agar Suzuki Jimny itu lebih menarik dan nyaman dikendarai.
Sektor kaki-kaki menjadi fokus utama Agung dalam mengubah tampilan Jimny -nya. Velg milik Cherokee berukuran 15 inci dengan ban GT Radial Savero AT dipasangkan. Tak ketinggalan, suspensinya juga diganti menggunakan Kayaba Ultra.
Setelah puas dengan bagian kaki-kakinya, Agung fokus merevisi interior. Sistem audio pun menjadi komponen utama yang Agung sematkan.
“Bagi gue, untuk berkendara sehari-hari dari Bogor ke Jakarta itu, mobil cukup ada audio, AC dingin dan mesin sehat,” jelas Agung.
Tidak lupa, sektor mesin pun menjadi fokus Agung selanjutnya. Beberapa komponen yang sudah tidak layak dan berkarat pun Agung ganti dengan yang baru. Tentu saja, tujuannya agar mobil tidak rewel saat digunakan sehari-hari.
“Ini mobil sebenarnya mesinnya sehat, cuma kayanya karena lama diam, jadi banyak karatnya. Akhirnya bertahap komponen-komponen yang berkarat gue ganti. Untungnya, ini mobil komponen suku cadangnya sudah banyak dijual online,” beber Agung.
Sisanya, ubahan yang dirinya lakukan hanya bertujuan untuk fungsional saja, seperti penggunaan lampu LED pada lampu utamanya, serta stoplamp tambahan di bagian belakang.
Dengan tampilan Jimny-nya yang seperti saat ini, Agung mengaku sudah cukup puas. Menurutnya, dengan tampilannya yang cenderung masih standar saja sudah membuat dirinya merasa bangga memiliki Jimny tersebut.
“Yang bikin gue happy sama mobil ini, ya setiap gue jalan, orang lain itu pada suka melihat mobil ini, jadi ada kebanggan tersendiri,” tutur Agung.
Memang, bentuk Jimny yang ikonik dan berpadu dengan warna kuningnya yang mencolok, seolah bisa mengalihkan perhatian orang lain di sekitarnya. Bahkan menurut Agung, sudah cukup banyak orang yang mencoba merayunya untuk menjual Jimny tersebut.
“Kalau yang nawar dan mau beli sih sudah banyak, cuma memang gue belum mau lepas. Karena gue pakai mobil ini juga kan masih baru, masih belum puas,” ujar Agung.
Bicara soal perawatannya, merawat Jimny tidaklah sulit. Komponen yang berlimpah dengan harga yang terjangkau, pajak yang murah dengan kisaran Rp 400 hingga Rp 500 ribu, serta kapasitas mesin yang hanya 1.0 liter, membuat Jimny semakin irit BBM dan bisa diisi oleh jenis BBM apapun.
Ke depannya, Agung berencana akan melakukan sedikit peningkatan pada sektor jantung mekanisnya, khususnya pada sektor pengapian. Seperti header, busi iridium, dan kabel busi.
Terakhir Agung mengatakan, memiliki sebuah Jimny SJ40 merupakan sebuah pilihan yang tepat. Model yang menarik dan tidak malu-maluin untuk sebuah mobil tua, pajak dan perawatan yang terjangkau, serta harga jual yang cenderung bertahan bahkan bisa naik, menjadi nilai positif tersendiri dalam memiliki Jimny tersebut.