Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Indonesia Ditargetkan Mampu Produksi 600 Ribu Mobil Listrik Pada 2025
3 Januari 2022 9:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menargetkan industri otomotif Indonesia mampu memproduksi kendaraan elektrifikasi sebanyak 600.000 unit pada tahun 2025. Itu termasuk mobil listrik murni, PHEV, dan HEV.
ADVERTISEMENT
Target tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
“Sejauh ini target kami masih on, pada tahun 2025 nanti kita akan memproduksi 600.000 unit electric vehicle dari berbagai macam pabrikan,” ucap Agus pada Jumpa Pers Kinerja Sektor Industri 2021 & Outlook 2022, Rabu (29/12).
Sebelumnya, target produksi 600.000 unit itu diproyeksikan pada tahun 2030, namun kini dimajukan menjadi 2025. Kemudian, pada 2030 Kemenperin menargetkan Indonesia akan mampu melakukan ekspor kendaraan elektrifikasi ke berbagai negara.
"Oleh sebab itu, di tahun 2030 kita menargetkan Indonesia sebagai hub ekspor mobil listrik di kawasan," lanjut Agus.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, sudah ada beberapa pabrikan otomotif di Indonesia yang mulai menunjukkan keseriusannya dalam produksi dan memasarkan kendaraan listrik berbasis baterai mulai tahun depan.
Di antaranya, Hyundai dan Wuling yang kini sedang mempersiapkan mobil listrik murninya (BEV), kemudian ada pabrikan asal Jepang, Toyota yang sudah siap memproduksi mobil hybrid (HEV) di Indonesia.
Dengan target tersebut, Menperin berharap mampu mempercepat menuju program elektrifikasi dan mampu mengurangi produksi emisi gas buang CO2 2,7 juta ton kendaraan roda empat di Tanah Air.
Masih banyak yang harus diperhatikan
Namun bukan hal yang mudah untuk memenuhi target produksi dan ekspor kendaraan elektrifikasi itu. Sebab, saat ini pasar kendaraan elektrifikasi cenderung masih lebih kecil dibandingkan kendaraan bermesin pembakaran internal. Faktor harga yang masih cukup tinggi dibandingkan mobil bermesin konvensional, serta infrastruktur belum memadai, jadi beberapa alasannya.
ADVERTISEMENT
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengatakan, infrastruktur dan pengembangan mobil listrik juga harus berdampingan.
“Sekarang antara telur dan ayam, infrastrukturnya kan harus dibangun, makanya kita dorong banyak perusahaan untuk bangun SPKLU,” ucapnya.
Selain itu, kesiapan masyarakat Indonesia dalam menerima kendaraan listrik berbasis baterai juga harus diperhatikan. Sebab, tidak semua masyarakat mampu langsung menerima perpindahan teknologi.
“Belum lagi orang Indonesia itu masih memperhatikan resale value dari kendaraan tersebut, kalau dijual lagi laku apa nggak,” tukas Taufiek.