Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Jepang Jadi Investor Industri Otomotif Terbesar di Indonesia, China Baru Segini
16 Januari 2025 11:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membeberkan, akumulasi jumlah nilai investasi yang masuk sepanjang tahun 2024 hingga bulan September mencapai Rp 31,7 triliun.
Direktur Deregulasi Penanaman Modal BKPM, Dendy Apriandi menjelaskan terjadi kenaikan signifikan sebesar 43 persen dibanding perolehan tahun 2019, yang mana kala itu terkumpul sebanyak Rp 11,04 triliun.
"Kalau kita breakdown lagi dari industri yang berkembang, itu memang ada industri baterai, industri kendaraan roda empat, dan industri roda dua dengan komposisi 15 persen, 73 persen, dan 11 persen," kata Dendy saat forum diskusi di Jakarta pekan ini.
Rinciannya, suntikan dana tersebut berasal dari penanaman modal asing (PMA) sebanyak Rp 28,15 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 3,6 triliun. Indonesia dinilai sebagai tujuan investasi otomotif yang menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Jepang menjadi negara yang paling banyak menggelontorkan investasi ke dalam negeri dengan nilai Rp 75 triliun selama periode 2019-2024. Kemudian Korea Selatan sebanyak Rp 44,25 triliun.
Lalu ada negara tetangga Singapura yang sudah menanamkan modalnya sebesar Rp 5,5 triliun, disusul Hong Kong Rp 3,59 triliun, dan China Rp 1,04 triliun. Kalau dibedah lagi berdasarkan industri, roda empat yang paling banyak.
Untuk mobil akumulasinya mencapai Rp 107 triliun, diikuti kendaraan roda dua dan tiga yang nilainya Rp 16,7 triliun, terakhir ada industri baterai yang Rp 22,1 triliun. Peningkatan ini, menurut Dendy disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah tren pertumbuhan penjualan kendaraan listrik, yang diikuti dengan kebijakan insentif guna memantik pasar otomotif nasional dan pembangunan ekosistem pendukungnya.
ADVERTISEMENT
"Insentif itu bukan yang utama, bahkan kami mengatakan, bukan yang segala-galanya. Karena dari survei, insentif itu di urutan belakang. Insentif ini pemanisnya, gula-gulanya, agar tetap menarik buat investor," pungkas Dendy.
***