Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Jokowi Minta Indonesia Punya Merek Mobil Listrik Nasional
9 Oktober 2017 10:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia bisa memiliki peran dalam kancah persaingan mobil listrik dunia. Dia juga mendesak agar Indonesia memiliki merek mobil listrik nasional sendiri.
ADVERTISEMENT
Kepada sejumlah wartawan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu turut mengapresiasi karya putra bangsa yang berhasil menciptakan kendaraan berbasis listrik. Dalam kunjungannya di Graha Pena, Surabaya, pada Minggu (8/10) malam itu, dia turut melihat-lihat mobil listrik Selo karya sang putra petir Ricky Elson dan motor listrik GESITS besutan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Kita penginnya inovasi-inovasi seperti itu perlu didorong menjadi sebuah prototype yang benar dan bisa diindustrikan. Sehingga kalau negara lain bisa membuat, kita juga bisa membuat, dengan catatan itu brand dan prinsipal kita sendiri, karena ke depan pertarungannya di mobil listrik," kata Jokowi melalui rilis yang diterima Biro Pers Istana Kepresidenan, Senin (9/10).
Lebih lanjut, ketika ditanya soal rencana peta jalan pemerintah untuk mewujudkan rencana tersebut, dia tak memberikan informasi lebih jauh.
Bahkan ketika ada pertanyaan mengenai adakah rencana pemerintah untuk mendukung produksi kendaraan listrik anak bangsa, dia bilang "belum sampai pemikiran itu, nanti saya bicara-bicara banyak dengan Pak Dahlan dan Menteri Perindustrian."
ADVERTISEMENT
Memang, menciptakan mobil listrik nasional tak semudah membalikkan telapak tangan.
Meski demikian Direktur Eksekutif Pusat Unggulan Iptek bidang Sistem Kontrol Otomotif Institut Teknologi Surabaya (PUI SKO ITS) Muhammad Nur Yuniarto beranggapan bahwa putra terbaik bangsa harus memanfaatkan momentum percepatan kendaraan listrik yang saat ini tengah digodok pemerintah.
"Indonesia tidak akan pernah lepas dari pengaruh asing. Petanya, kayaknya pengembangan listrik ini akan diserahkan ke pihak asing. Pertanyaannya, peran perguruan tinggi mau di mana? Apakah mau dianggurkan sumber dayanya atau mau seperti apa," kata Nur di Sarasehan Nasional Kendaraan Listrik Nasional beberapa waktu lalu.
Konsep Mobil Listrik Nasional (Molina) sebenarnya sudah ada, meskipun sejak dua tahun yang lalu sudah tak lagi berjalan. Lewat forum tersebut, Nur pun mengajak sejumlah Perguruan Tinggi dan pelaku industri nasional untuk berkolaborasi menciptakan sebuah merek mobil nasional baru.
ADVERTISEMENT
"Bangsa Indonesia ada 50 ribu doktor, 10 ribu profesor yang tersebar perguruan tinggi. Sangat sayang kalau tidak dimanfaatkan untu agen perubahan," imbuh Nur.
Solusinya, harus ada kerja sama link and match dengan perguruan tinggi dan industri yang selama ini tidak pernah terwujud. Bila itu terjadi, inovasi teknologi yang lahir dari riset di Perguruan Tinggi dan lembaga litbang bisa didorong untuk produksi massal.
"Dalam hal ini kalau kita tidak bersatu, sangat mudah untuk dikalahkan. Lidi kalau satu sangat mudah dikalahkan tapi kalau jadi satu sulit dikalahkan dan bisa menyapu semuanya," tuntas Nur.