Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana bilang bila mendapati hal tersebut, usahakan mata tidak 'tertarik' langsung menatap pancaran lampu jauh mobil tersebut.
"Jadi langsung lirik sebelah kiri jalan, lihat bahu jalan atau marka jalan yang di kiri untuk menghalau silau," ujar Sony kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Dengan cara tersebut, pengemudi masih bisa mengendalikan kendaraan serta memonitor bidang jalan, seraya memastikan keberadaan kendaraan di depannya.
Lain cerita bila tidak dilengkapi garis marka. Pengemudi kata Sony bisa menerapkan garis imajiner sebagai pemandu lajur atau pengganti marka, bilamana mata mengalami kebutaan sesaat atau blank. Sehingga bisa menghindari laju mobil keluar jalur.
Garis khayal ini bisa diimplementasikan dengan memahami posisi roda, lebar lajur dan kendaraan, hingga batas tepian jalan berupa patahan aspal atau rumput. Selanjutnya kendalikan setir untuk mempertahankan gerak mobil tidak melebar ke samping.
ADVERTISEMENT
"Tepian jalan sangat membantu garis imajiner, jadinya posisi mobil akan lebih terukur," jelas Sony.
Dirinya berpesan untuk tidak membalas perlakuan pengemudi dari arah berlawanan yang menyalakan lampu jauh. Ada beberapa kemungkinan pengemudi di depan memutuskan pakai high beam.
Hanya saja sebagai komunikasi, bisa hidupkan pass beam atau dimmer beberapa kali untuk mengingatkan untuk menonaktifkan dulu lampu jauhnya.
"Tapi jangan dibalas pakai lampu jauh juga (menyala terus-menerus) karena menyilaukan pengendara di belakangnya juga. Lebih baik pakai garis imajiner tadi untuk memandu arah laju mobil," pungkasnya.