Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Para loyalis BMW E30 ternyata punya perspektif berbeda-beda, kala diminta mendeskripsikan salah satu model Seri 3 BMW yang fenomenal tersebut. Latar belakang, usia dan mungkin sudut pandang, mungkin jadi faktor pembedanya.
ADVERTISEMENT
Gerry Nasution
Respect the elders, kita mulai dari seorang Gerry Nasution, yang dikenal sebagai dedengkot di anak-anak pecinta E30. Dirinya pertama kali jatuh hati dengan salah satu mobil legendaris BMW yang juga mewabah di Indonesia, sejak 1980-an akhir, dari penampilannya.
“Desain si E30 itu yang membuatnya long-lasting, dan masih enak dilihat, itu yang membuat dia bisa panjang cycle-nya. E30 adalah Seri 3 pertama yang secara resmi masuk dan dipasarkan di indonesia,” ucapnya.
Memang secara personal, M40 --sebutan populer E30 di Indonesia-- juga bukan cuma sekadar ‘mobil’ yang ditunggangi buat mobilitas Gerry, tapi ibarat buku harian yang sudah terisi penuh kenangan, entah di kehidupan sehari-hari atau di lintasan balap.
“Terlepas dari segala kekurangan dia, nilai fanatis orang jauh di atas itu, orang akan rela untuk itu, salah satunya kenangan masa indahnya mereka. Sehingga masa bodo mahal atau enggak, yang penting ini salah satu mobil ikonik,” ucap Gerry.
ADVERTISEMENT
Silas Bonar Andrianto
Kolektor BMW E30 yang sudah jatuh cinta sejak 2009-2010, punya pendapat lain soal mobil seri 3 ikonik besutan The Bavarian tersebut, sebagai ungkapan rasa cintanya.
“Fucking E30 but we love it. Tiap tiap kali mogok kita mengumpat fuck fuck fuck habis itu kita elus lagi,” kata Silas.
Dirinya berujar, tak mudah menaklukkan BMW E30. Alih-alih ingin jatuh cinta, eh malah jadi benci sama mobil itu. Namun, bila yang kemudian berhasil jatuh cinta, akan kebangun ikatan emosi sendiri sama E30.
“Hubungan emosi itu akan terbentuk, lewat masalah-masalah yang dilalui bersama mulai dari mogok dan lain-lain tadi. Jadi seperti hidup mobilnya, bisa sakit bukan robot. Jadi buat newbie yang nyemplung, bijaksananya kulik informasinya dahulu dari teman-teman yang sudah punya,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Adhi 'Jureq' Sardjan
Menurut Adhi ‘Jureq’ Sardjan yang merupakan BMW enthusiast dan salah satu penjaga eksistensi E30 di Indonesia, mengibaratkan E30 sebagai candu.
"Ibaratnya kalau pemabuk, enggak bakal bisa berhenti minum deh. Lo enggak bakal bisa jauh dari ini mobil. E30 ini candu,” kata pria dengan sapaan karib Jureq.
Pria yang punya nama lengkap Syarif Ariadi Sardjan bahkan menduga, jika dahulu sang maestro pencipta E30 tersebut memiliki mesin waktu.
"Gue curiga waktu ini mobil pertama kali dibuat, yang membuatnya dan yang desainnya itu punya mesin waktu. Karena bagaimana caranya di dalam satu desain body E30 itu, bisa masuk semua mesin dari M10 sampe S85 juga masuk. Jadi mereka seperti sudah merencanakan gitu," jelas Jureq.
ADVERTISEMENT
Wiandra Bagus Wicaksono
Tak cuma berkesan buat para generasi 80 atau 90-an, anak milenial seperti yang ditemui kumparan, Wiandra Bagus Wicaksono, juga menyimpan makna yang dalam, meski tak merasakan langsung hype dari era E30 kala itu, apalagi saat booming film Catatan Si Boy.
“Mobil ini sudah jadi bagian dari keluarga gue, semua memori gue dan keluarga ya ada di situ. Sudah pakai sayang deh pokoknya sama mobil ini. Ibaratnya perjalanan hidup gue dan keluarga gue ada di mobil ini. Dan sampai kapanpun gue yakin enggak bakal dijual sama gue dan bokap gue,” tuturnya.
Amanat meneruskan kisah muda sang ayah dan perjalanan keluarganya lewat warisan E30, membuatnya kuat bertahan menjaganya sampai saat ini. Wiandra berujar, dirinya sempat menyerah dan ingin menjualnya, tapi niatnya sirna lantaran lekatnya nilai historis di sana.
ADVERTISEMENT
Hariawan Arif Maulana
”E30 memiliki karakter Seri 3 yang sebenarnya, dimensi kompak, ringkas, rasa mekanikal yang kental, juga punya handling yang baik. Bagi yang pernah punya E30, mungkin dijual karena bosan, tapi pasti selalu di dalam hati bilang, gue harus punya lagi suatu saat,” ungkap Hariawan Arif Maulana atau yang karib disapa Rifie, mendeskripsikan E30.
Nah tapi, diam-diam Rifie yang juga reviewer mobil di OLX ini ternyata punya kenangan yang tak bakal dilupakannya soal E30. Dirinya pernah mengalami kecelakaan bersama E30 di Sirkuit Sentul. Pada saat kecepatan tinggi, pada tikungan pertama sirkuit baut roda patah dan mobil terguling tiba-tiba.
“Hancur mobilnya, lalu gue bangun mobil lagi, cari E30 bahan kemudian dicat sama persis, dan semua barang-barang juga aksesori di mobil lama gue pindahin ke mobil yang baru dibangun, sampai bentuknya sama persis,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Aditya Widiutomo
Modelnya abadi, itu frasa yang terucap dari Aditya Widiutomo jurnalis Otodriver yang juga pengguna BMW E30, ketika diminta mendeskripsikan singkat. Lebih jauh dirinya mengungkapkan soal perawatan sendiri, komponen fast moving-nya masih terbilang murah.
“E30, mobil retro tapi modelnya endless, bahkan kalau mobilnya rapi dan disejajarkan dengan model Seri 3 yang paling baru, tidak akan ketinggalan modelnya. Kemudian bila kondisinya sehat, bensinnya irit,” ucapnya.
Anggi Asmara
Tak hanya pria saja, kaum hawa seperti Anggi Asmara yang berprofesi sebagai desainer fashion, juga punya kesan sendiri dengan BMW E30 .
“Itu mobil yang sangat ikonik! Tapi kenapa gue suka E30 adalah antara lain karena secara fisik mobil ini tampangnya klasik tapi keren, enak dilihat. Mau di dandanin macem-macem juga bisa,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Anggi tak ambil pusing soal rumor mesinnya yang dianggap sering bermasalah. Asalkan dirawat dengan baik, kata Anggi, mobil sudah bisa nyaman dipakai. “Jalan santai sajalah pokoknya,” ucapnya.
---
Baca artikel lainnya seputar BMW E30 dengan mengikuti topik Darah Muda BMW Tua.