Kenapa Pelat Nomor Kendaraan Asal Jakarta Awalnya 'B' Bukan 'J'?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Saat itu, Daendels membuat pembagian karesidenan di Pulau Jawa. Itu ada pembagian kode wilayahnya. Misal, A itu untuk Banten dan B untuk Jakarta dan lain sebagainya,” buka Pemerhati Sejarah Kolonial Belanda, Lilie Suratminto saat dihubungi kumparan, Senin (6/2).
Ia membagi Pulau Jawa menjadi 23 wilayah besar atau hoofdafdeeling yang kemudian dikenal sebagai residentie atau karesidenan.
ADVERTISEMENT
Inggris mulai menerapkan peraturan berkendara dengan menyatakan bahwa setiap kereta kuda di sana wajib memiliki plakat dengan kode huruf sesuai dengan batalyon yang berhasil menaklukan daerah tersebut.
“Memang ada kemiripan. Namun, karena batalyon jadi untuk daerah Surabaya mendapatkan L karena ditaklukkan oleh batalyon L. Kemudian, Banten menggunakan A. Itu berlangsung hingga era mobil datang ke Indonesia,” katanya.
Setelah kembali ke tangan Belanda, aturan tersebut tetap dipertahankan. Bedanya, nama daerah yang menjadi kode huruf pelat. Itu bertahan hingga tahun 1917.
“Misal, kalau dari Priangan ya ditulis Prianger 1 di pelatnya. Itu dia membebaskan pemasangannya mau di kiri, kanan, depan, belakang jadi tidak teratur. Setelah 1917, sistem baru diperkenalkan agar lebih bagus,” urainya.
Sistem tersebut memperkenalkan pelat nomor hitam dengan tulisan putih beserta kode dan nomor kendaraan . Tahun 1920, sistem tersebut baru diperluas ke wilayah lain di Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah kode daerah pelat nomor kendaraan era Hindia Belanda dikutip dari Handboek voor Automobilisten en Motorwielrijders der Koninklijke Vereeniging Java Motor Club terbitan 1925.
ADVERTISEMENT