Kendaraan Diesel dan Sepeda Motor Jadi Kontributor Utama Polusi Udara Jakarta

14 September 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mobil berwarna hitam Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Asap mobil berwarna hitam Foto: dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, kendaraan bermesin diesel dan sepeda motor menjadi kontributor utama polusi udara di Jakarta menurut hasil lembaga riset dan pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Penyebab polusi udara itu bermacam-macam, kita harus lihat mana yang paling besar. Kalau di DKI ada studi, pemerintah ada studi dibantu ITB dan ahli internasional untuk melakukan penelitian dengan nama source apportionment study," buka Racmat kepada awak media ditemui di Jakarta, Kamis (13/9/2024).
Berdasarkan data yang dipaparkan, ada beberapa variabel dan sumber polusi udara Jakarta meliputi gas buang kendaraan, pembakaran batu bara, konstruksi, open burning, aerosol sekunder, dan debu jalan beraspal.
"Jadi polusinya diambil, kemudian diteliti sumbernya dari mana. Jadi partikel-partikelnya kan ada chemical signature-nya, ketahuan. Even dari pembakaran diesel dan bensin dia tahu," imbuh Racmat.
Sejumlah pengendara sepeda motor melintasi Jalan Raya Kalimalang dengan melawan arah di kawasan Caman, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/9/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Gas buang kendaraan, menurut data, menyumbang sekitar 32-41 persen ketika musim hujan dan 42-57 persen ketika musim kemarau. Emisi yang dihasilkan mengandung Particulate Matter atau PM 2.5, Oksida Nitrogen (NOx), Sulfur (SOx), dan senyawa organik mudah menguap bukan metana (NMVOC).
ADVERTISEMENT
Kandungan tersebut dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem pernafasan manusia bila sering terhirup dalam jangka waktu lama dan terus menerus. Kemudian juga berisiko menimbulkan penyakit lainnya yang terkait dengan pernafasan.
"Selama ini selalu bilang PLTU penyebab polusi dan sebagainya, tapi dari hasil studi ini terlihat paling besar adalah emisi gas buang kendaraan secara signifikan. PLTU apakah pengaruh? Ada, tapi relatif kecil dan terbatas di musim tertentu," jelas Rachmat.
PLTU termasuk kategori emisi yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran batu bara, kontribusinya 14 persen saat musim hujan. Lalu ada konstruksi yang menyumbang 13 persen, open burning seperti pembakaran sampah atau limbah pertanian 11 persen.
Foto udara pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 di kawasan Suralaya, Cilegon, Banten, Rabu (31/7/2024). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Kembali ke kendaraan bermesin bakar, sepeda motor menghasilkan kadar emisi PM 2.5 sebesar 25 persen, NOx 13 persen, dan NMVOC sebesar 88 persen. Kendaraan diesel ringan menghasilkan PM 2.5 sebesar 22 persen dan NOx 5 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara kendaraan bermesin bensin ringan menyumbang kadar PM 2.5 sebesar 8 persen, NOx 15 persen, dan NMVOC 9 persen. Rachmat bilang, salah satu penyebab kandungan emisi gas buang kendaraan buruk adalah kualitas BBM yang tersedia di pasaran.
"Sayangnya, hari ini, BBM yang disediakan Pertamina hampir seluruhnya belum memenuhi standar Euro 4. Biosolar itu 250 ppm, Pertalite 500, Pertamax 400. Ini yang saya pikir pemerintah harusnya bisa membantu Pertamina untuk menyediakan BBM lebih bersih," katanya.
Idealnya, bahan bakar bersih tidak selamanya dilihat dari kadar Research Octane Number atau RON untuk bensin dan Cetane Number (CN) untuk solar. Menurut Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017, BBM yang masuk dalam Euro 4 yaitu memiliki RON minimal 91, bebas timbal, dan kandungan sulfurnya maksimum 50 ppm atau di bawahnya.
ADVERTISEMENT
"Di Indonesia, mobil-mobil sudah diminta pakai standar Euro 4 dari 2018, memang motor belum masih Euro 3. Jadi dari sisi mesin sudah, sekarang tinggal standar BBM," papar Rachmat.
Produk BBM lansiran Pertamina seperti Pertalite dengan RON 90 memiliki kadar sulfur mencapai 500 ppm, bahkan Pertamax dengan RON 92 sekalipun masih mengandung tingkat sulfur yang serupa yaitu 500 ppm. Lalu Biosolar 48 dan Dexlite 51 yang tidak disubsidi masing-masing memiliki kadar sulfur sebesar 2.500 ppm dan 1.200 ppm.
***