Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konsep Green Mobility yang Dikenalkan Menperin di kumparan NEV Summit 2025
8 Mei 2025 8:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah lewat Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan gagasan baru untuk menjaga asa pertumbuhan dan perkembangan industri otomotif nasional yang berkelanjutan dengan memperkenalkan konsep green mobility.
ADVERTISEMENT
Dalam gelaran kumparan New Energy Vehicle (NEV) Summit 2025, Menperin menegaskan penerimaan segala bentuk teknologi kendaraan yang tidak hanya berorientasi ramah lingkungan, melainkan juga membangun ekosistem industri pendukungnya.
"Pengembangan ekosistem juga bertujuan mengurangi ketergantungan kita terhadap impor. Kita ingin lebih mandiri, oleh sebab itu penting untuk kita mengembangkan ekosistem kita sendiri selain kendaraan listrik berbasis baterai," buka Agus di Jakarta.
Selain Battery Electric Vehicle (BEV), menurutnya Indonesia juga punya potensi besar untuk teknologi elektrifikasi lainnya seperti hibrida yang terdiri Hybrid Electric Vehicle (HEV) atau Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
"Kemudian pengembangan teknologi Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) yang menggunakan bahan baku hidrogen ini di luar bentuk pengembangan-pengembangan yang sudah kita lakukan yang berbasis biofuel," imbuh Agus.
ADVERTISEMENT
Selain BEV dan HEV, kendaraan hidrogen disebutnya juga menawarkan solusi ramah lingkungan dengan emisi nol. Serta, mampu menjawab hambatan yang selama ini masih menjadi tantangan seperti pengisian daya listrik pada BEV.
"Kami percaya bahwa pengembangan kedua teknologi ini, ketiga termasuk biofuel akan membawa kecepatan dari transisi yang dilakukan Indonesia menuju ekonomi hijau dan ekonomi yang berkelanjutan," terang Menperin.
Pemerintah Indonesia menargetkan tercapainya cita-cita Net Zero Emission (NZE) untuk sektor manufaktur pada tahun 2050 alias 10 tahun lebih cepat dari target nasional yang 2060. Maka dari itu, dikemukakan konsep green mobility untuk transportasi.
"Green mobility kalau boleh saya simpulkan secara mudah, sebetulnya pemerintah welcome terhadap semua teknologi yang mengarah kepada ramah lingkungan. Sebetulnya kami sudah punya konsepnya, bahkan jauh lebih progresif," papar Agus.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya sekadar produk, untuk mencapai dekarbonisasi pada sektor transportasi atau kendaraan lebih cepat juga diperlukan adaptasi hal lainnya. Seperti dari proses produksi, fasilitas perakitan, dan sumber energi yang dipakai.
"Kebijakan ini akan lebih adaptif dan sustain bagi industri otomotif nasional terutama menjawab perkembangan pesat teknologi otomotif yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, mendukung mobilitas penduduk dan melindungi investasi otomotif yang telah ada di Indonesia selama ini," pungkasnya.
Selain itu, upaya green mobility yang dicanangkan oleh pemerintah diharapkan turut membangun industri pendukungnya. Misalnya, meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri dan kemampuan sumber daya manusia lokal yang terlibat.
“Selain memfasilitasi teknologi otomotif terbaru, kami juga tetap akan melindungi investasi otomotif yang sudah lama berproduksi di Indonesia. Prinsipnya, selama investasi industri otomotif lama atau baru tersebut menghasilkan produk otomotif lebih ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi dan mendukung mobilitas masyarakat, maka akan kami fasilitasi melalui kebijakan green mobility," tutup Agus.
ADVERTISEMENT