Krisis Chip Melanda Industri Otomotif, Produksi Mobil Bisa Setop!

2 April 2021 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Toyota. Foto: Wall Street Journal
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Toyota. Foto: Wall Street Journal
ADVERTISEMENT
Selain digempur pandemi COVID-19, industri otomotif juga dilanda krisis ketersediaan chip (semiconductor). Ini digunakan untuk fungsi kontrol (ECU/electronic control unit), atau otaknya mobil.
ADVERTISEMENT
Pasalnya mobil modern sangat bergantung pada ECU, mulai dari mengatur kerja mesin, transmisi, fitur keselamatan, alarm mobil, kipas pendingin, identifikasi kunci mobil dan masih banyak yang lainnya.
Berdasarkan laporan IHS dan analis Deloitte mengutip Bloomberg, 40 persen dari total biaya pembuatan mobil, alokasinya untuk kebutuhan sistem elektronik tersebut.
ECU Mobil Foto: dok. Magnetimarelli
Ya sederhananya, semakin pintar mobil maka chip yang dibutuhkan tentu akan semakin banyak.
"Jadi kalau chip tidak ada, tidak bisa bikin ECU. Akibatnya tidak akan jadi mobil," ujar salah satu sumber kumparan yang tak ingin disebutkan namanya, beberapa waktu lalu.
Memang penggunaan chip untuk ECU mobil terus berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Di mana pada tahun 2000 hanya sekitar 18 persen, 2010 menjadi 27 persen, 2020 melonjak 40 persen, dan diperkirakan pada 2030 menjadi 45 persen.
ADVERTISEMENT
Ya, bila dulu pabrikan berlomba mengejar horsepower (tenaga), saat ini berebut chip power.
Komposisi sistem elektronik (ECU) pada mobil. Foto: dok. Bloomberg

Pabrikan mobil abaikan stok chip

Masalahnya, yang membutuhkan chip ini juga bukan hanya industri otomotif, tapi juga smartphone, laptop, perangkat konsol game (Playstation, Xbox), sampai alat elektronik lain.
Sedangkan perusahaan pembuat chip juga tak banyak, di mana hanya ada dua pemain besar yang absolut Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) dan Samsung Electronics Co.
Saat pandemi, mereka menyesuaikan kapasitas produksi dengan permintaan yang melandai. Bersamaan dengan itu, pabrikan mobil melakukan perencanaan yang buruk terhadap stok chip.
Perusahaan foundry atau pengolahan bahan pembuat chip. Foto: dok. Bloomberg
Bahkan tak memperhitungkan angka permintaan mobil baru saat pandemi. Apalagi industri otomotif harus berebut chip, dengan sektor lain yang juga sedang membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
"Jadi karena banyak WFH, kebutuhan perangkat elektronik meningkat. Di samping itu akibat corona, masyarakat tidak mau naik angkutan umum, jadi demand mobil meningkat juga. jadi rebutan chip," ucap sumber kumparan.
Pasalnya, produsen chip juga tak bisa serta merta langsung menaikkan kapasitas produksinya, karena cukup rumit.
Kebutuhan chip di dunia termasuk industri otomotif. Foto: dok. Bloomberg
Chip sendiri terbuat dari silikon, yang diolah menjadi wafer (lempengan semicondutor tipis). Setidaknya ada 9 proses pembuatan sampai akhirnya chip bisa digunakan.
Pabrikan otomotif yang kena dampak dari krisis chip, bahkan sampai ada yang menyetop produksi mobilnya, yaitu Ford, General Motors, Volkswagen, Toyota, Nissan, Honda, FCA, dan lainnya. Namun memang hanya untuk model tertentu saja.
Sementara tiga pabrikan mobil di Indonesia seperti Toyota, Daihatsu dan Honda, memilih untuk bungkam ketika dikonfirmasi kumparan terkait krisis chip.
ADVERTISEMENT