Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Demikian seperti diungkapkan Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, saat menjawab kumparan.
Walaupun dirinya tak memungkiri, masih tetap ada kemungkinan pabrik mobil Toyota di Indonesia kena imbas dari krisis pasokan chip global.
"Pasti ada potensi, tapi saya katakan, optimisme kami lebih besar daripada potensinya," ucapnya belum lama ini.
Bob mengungkapkan, pihaknya masih bisa mempertahankan production planning yang sudah direncanakan dan tengah membuat penyesuaian produksi terkait adanya PPnBM, termasuk pengadaan komponen semikonduktor.
"Mungkin di bulan Mei ini menurut saya semua kami bisa fix-kan, semoga tidak terjadi apa-apa dengan supply chain kami," tutur Bob.
Strategi Toyota
Sebenarnya, Toyota disebut-sebut menjadi satu-satunya pabrikan otomotif, tak begitu berpengaruh terhadap krisis chip.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, mereka punya bekal strategi manufaktur brilian, business continuity plan (BCP). Ini tercetus satu dekade lalu, pasca bencana Fukushima 2011.
Wajib bagi pemasok mereka untuk menimbun 2 sampai 6 bulan persediaan komponen penting mobil, termasuk semikonduktor.
Dan menariknya lagi, Toyota sudah lebih dahulu melakukan pengembangan sendiri soal chip, untuk internal mereka sejak lama.
Engineer dari industri chip direkrut dan membuka pabrik semikonduktor pada tahun 1989. Mereka membantu merancang dan memproduksi MCU, untuk mengontrol sistem powertrain Prius, yang sukses pada 1997.