news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kunci Toyota Indonesia Tak Terdampak Krisis Chip Global

13 April 2021 11:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) optimistis stok chip (semikonduktor) mereka aman, untuk memenuhi permintaan di pasar dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Demikian seperti diungkapkan Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, saat menjawab kumparan.
Walaupun dirinya tak memungkiri, masih tetap ada kemungkinan pabrik mobil Toyota di Indonesia kena imbas dari krisis pasokan chip global.
"Pasti ada potensi, tapi saya katakan, optimisme kami lebih besar daripada potensinya," ucapnya belum lama ini.
ECU Mobil Foto: dok. Magnetimarelli
Bob mengungkapkan, pihaknya masih bisa mempertahankan production planning yang sudah direncanakan dan tengah membuat penyesuaian produksi terkait adanya PPnBM, termasuk pengadaan komponen semikonduktor.
"Mungkin di bulan Mei ini menurut saya semua kami bisa fix-kan, semoga tidak terjadi apa-apa dengan supply chain kami," tutur Bob.

Strategi Toyota

Sebenarnya, Toyota disebut-sebut menjadi satu-satunya pabrikan otomotif, tak begitu berpengaruh terhadap krisis chip.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, mereka punya bekal strategi manufaktur brilian, business continuity plan (BCP). Ini tercetus satu dekade lalu, pasca bencana Fukushima 2011.
Pabrik Toyota. Foto: Wall Street Journal
Wajib bagi pemasok mereka untuk menimbun 2 sampai 6 bulan persediaan komponen penting mobil, termasuk semikonduktor.
Dan menariknya lagi, Toyota sudah lebih dahulu melakukan pengembangan sendiri soal chip, untuk internal mereka sejak lama.
Engineer dari industri chip direkrut dan membuka pabrik semikonduktor pada tahun 1989. Mereka membantu merancang dan memproduksi MCU, untuk mengontrol sistem powertrain Prius, yang sukses pada 1997.
Saat itu, teknologi chip memang sangat baru dan spesial. Jadi banyak produsen mobil menyerahkannya kepada pemasok suku cadang besar untuk mengelola risikonya. Tapi Toyota justru menguliknya sendiri.