Laku di Amerika dan Australia, Berapa Harga Sepeda Listrik Le-Bui Buatan Lombok?

17 Juli 2020 10:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepeda  listrik Le-Bui asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Foto: Zulkieflimansyah
zoom-in-whitePerbesar
Sepeda listrik Le-Bui asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Zulkieflimansyah
ADVERTISEMENT
Sepeda listrik Le-Bui garapan salah satu warga Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang viral beberapa waktu lalu ternyata dijual mulai harga Rp 16 jutaan.
ADVERTISEMENT
Perancang di balik sepeda listrik ini adalah Gede Sukarma Jaya. Kepada kumparan dia mengatakan sudah menekuni bisnis sejak 4 tahun silam.
"Yang kemarin dicoba pak gubernur itu saya kasih nama Matador. Sebenarnya ini punya salah satu konsumen saya asal Australia, dia belum sempat ambil karena travel warning dari negaranya. Saya diminta untuk merawat dulu," kata Gede saat dihubungi belum lama ini.
Untuk sepeda listrik Matador ini Gede menyebut dijual dengan banderol Rp 55 juta. Namun, dia punya beberapa varian yang dijual lebih murah mulai Rp 16 juta.
"Kenapa yang ini (Matador) lebih mahal karena spesifikasinya lebih tinggi termasuk yang paling rumit yang saya buat," tambah dia.
Sepeda listrik Le-Bui asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Zulkieflimansyah
Khusus untuk model tersebut, dia dilengkapi dengan dinamo motor 3.000 watt dan baterai 72 volt 30 Ah. Dengan spesifikasi tersebut diklaim bisa berlari hingga kecepatan 90 km/jam.
ADVERTISEMENT
"Untuk pengisian dari 0 sampai penuh kurang lebih butuh waktu 4 jam. Jarak tempuhnya jika baterai penuh bisa 80-90 kilometer," paparnya.
Nah, untuk komponen motor listrik dan baterai Gede mengimpor dari dua negara. Namun, untuk komponen lain, seperti frame, velg, ban, kayuh, dan yang lainnya dipasang secara lokal di Lombok.
"Saya ada teman langganan di Jakarta dan memang dia importir itu. Dinamo motor dari Taiwan dan baterai pakai Panasonic dari Jepang," jelasnya.

Sepeda listrik Le-Bui sudah diekspor sejak 2016 lalu

Yang menarik, konsumen dari Le-Bui didominasi konsumen luar negeri. Secara persentase, Gede mengatakan 70 persen konsumen dari mancanegara dan sisanya dari Indonesia.
"Kalau dihitung, mungkin hampir semua benua ya, yang belum cuma Afrika saja. Misalnya seperti Australia, Inggris, Norwegia, tapi yang paling banyak dan sering itu Amerika," paparnya.
ADVERTISEMENT
Alasan mengapa konsumen Amerika lebih sering memesan sepeda listriknya karena di sana benar-benar dijual di sebuah diler atau toko sepeda.
"Yang lain-lain itu kan pengguna saja, sekali beli. Nah, yang Amerika order-nya terus-terusan karena memang di sana dijual lagi," jelasnya.
Lama produksi
Sepeda listrik Le-Bui asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Zulkieflimansyah
Menyoal waktu pembuatan satu sepeda listrik membutuhkan 1-1,5 bulan tergantung desain dan permintaan konsumen.
"Karena memang kita masih KM, modal kecil dan pertimbangan beberapa risiko, untuk saat ini pemesanannya secara pre-order. Nanti saya diskusi dulu dengan konsumen mau spesifikasi dan part merek apa saja. Lalu, bayar 50 persen di depan, sisanya setelah unit selesai," kata dia.

Mekanisme pengoperasian

Terkait jenisnya, Gede menjelaskan Le-Bui masuk kategori e-Bike bukan motor listrik. Namun untuk mempermudah penggunanya disematkanlah sebuah motor listrik.
ADVERTISEMENT
"Ada gasnya, mau digowes atau gas itu bisa. Di pedal kayuhnya ada sensor, jadi ketika digerakkan kayuhnya secara otomatis mesin listriknya juga nyala," jelasnya.
Adapun untuk tuas gas disesuaikan dengan permintaan konsumen. Setidaknya Gede punya 2 opsi tuas gas.
"Ada yang thumb (jempol) dan twist (putar) seperti sepeda motor biasa. Orang barat lebih suka model thumb throttle, tapi Indonesia suka yang twist," paparnya.

Stimulus dari pemerintah

Gubernur NTB Zulkieflimansyah bersama sepeda listrik Le-Bui asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Zulkieflimansyah
Gede mengatakan dalam waktu dekat pemerintah setempat dalam hal ini Gubernur akan memberikan stimulus bagi bisnisnya. Bahkan, pada 2021-2023 rencananya dia diminta untuk membuat sepeda listrik sebagai kendaran dinas pemerintahan.
"Baru-baru ini kita sedang bicarakan. September ini saya dipersilahkan pindah workshop dan kerja di Science Technology Industrial Park punyanya Pemda. Di sana saya diperbolehkan menggunakan semua mesin, bahkan jika mesin yang saya butuhkan belum ada, Pak Gubernur akan menyediakan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, lanjut Gede, rata-rata jumlah sepeda listrik yang mampu dia kirim ke keluar negeri adalah 4-6 unit per bulan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)