Melepas Belenggu Penjajah Lewat Mobil Listrik

19 September 2017 8:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ricky Elson, Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ricky Elson, Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hembusan angin dingin masuk dari sela-sela jendela dan pintu di ruang briefing kampus Lentera Bumi Nusantara. Sesekali, suara knalpot kendaraan menyambar masuk ke dalam telinga dengan iringan bunyi debur ombak laut selatan.
ADVERTISEMENT
Di saat itu pula, Ricky Elson memulai pembicaraan. Hal pertama yang ia sampaikan tentu saja soal kendaraan listrik. Maklum, belakangan, soal mobil listrik kembali ramai dibicarakan para pemimpin negeri ini.
Ricky Elson dikenal sebagai salah satu putra petir, tiga orang ahli kelistrikan Indonesia lainnya adalah Mario Rivaldi, Dasep Ahmadi, dan Danet Suryatama. Dia diajak berkarya di Indonesia ketika Dahlan Iskan masih menjadi menteri BUMN di republik ini. Pria yang lahir di Padang, Sumatera Barat tersebut pernah terlibat dalam uji coba dan pengembangan sportscar listrik Tuxuci, membuat Selo, dan MPV (Multi Purpose Vehicle) listrik Gendhis.
Dari tempat yang jaraknya sekitar 350 kilometer dari Jakarta, Ricky Elson coba membuat sesuatu. Bukan cuma sekadar cuap-cuap, pria 37 tahun ini yakin rencana besar butuh persiapan dan maka itulah Lentera Bumi Angin ini ada.
ADVERTISEMENT
“Saya melihat bahwa pendahulu-pendahulu saya itu adalah orang-orang yang berjuang untuk kejayaan negeri ini, dan saya rasa saya pun memiliki kewajiban seperti itu,” katanya.
Kebetulan saja, kemampuan yang dititipkan Tuhan kepadanya adalah bidang energi dan ketenagalistrikan.
“Saya rasa saya punya kewajiban untuk memperjuangkannya terlepas jadinya seperti apa. Ya tentu saja kami punya target dan melihat bagaimana (perkembangan) di Jepang dan luar negeri,” imbuh pria yang memiliki berbagai paten di bidang motor listrik ini.
Lewat kendaraan listrik, dia yakin Indonesia memiliki kesempatan untuk lepas dari "penjajah di era modern". Meskipun, ini bukanlah tanggung jawab seseorang atau institusi tertentu saja, melainkan strategi dari sebuah negara.
Penjajah yang dimaksud Ricky adalah negara yang berhasil memperkaya diri dengan memanfaatkan potensi industri otomotif Indonesia. Sementara Indonesia hanya mendapatkan kue kecil.
ADVERTISEMENT
Bila pun diserap tenaga kerjanya, mereka berperan di level pekerjaan yang sangat sederhana yakni memasang komponen kendaraan.
Indonesia memang sudah saatnya berdiri di kaki sendiri. Dalam hal penguasaan teknologi, Ricky yakin banyak anak-anak mudah yang punya potensi. “Sejak kapan kita enggak bisa menyeberang sekarang? Berapa tahun yang lalu kita bisa menyeberang, itu baru-baru ini,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), produksi sepeda motor untuk pasar domestik tahun lalu mencapai 5,9 juta unit. Bila dihitung penjualan roda dua mulai dari tahun 2008, ada lebih dari 60 juta unit yang terjual. Indonesia, kata Elson, hanya mendapatkan sebagian kecil untungnya saja, sisanya menguap ke asing.
"Tidak usah dulu berbicara kebutuhan suku cadangnya berapa, kebutuhan BBM untuk sepeda motor itu juga luar biasa besar," katanya.
Sejak tahun 2012, Ricky Elson membuka lembaga pendidikan dan riset teknologi di Ciheras, Tasikmalaya. Di sini, dia mengundang pemuda Indonesia untuk turut mengembangkan teknologi termasuk kincir angin hingga pertanian dan peternakan. Pria yang belasan tahun berkarier di Jepang itu tak menampik tengah menyiapkan mobil listrik terbaru.
ADVERTISEMENT
“Di tempat seperti inilah (Ciheras). Saya enggak tahu ini yang terbaik atau tidak tapi saat ini, ini lebih baik. Karena saat ini, ini yang terbaik. Kami berusaha yang terbaik dan itu yang kami perjuangkan dan untuk persiapan,” katanya.