Memahami Istilah Biodiesel B20 dan B50

13 Agustus 2019 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahan bakar Biodiesel B30 yang diuji coba di Kementerian ESDM, Kamis (13/6). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bahan bakar Biodiesel B30 yang diuji coba di Kementerian ESDM, Kamis (13/6). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah sejak September 2018 lalu pemerintah menjalankan program biodiesel (B20). Melalui cara itu, negara ternyata berhasil melakukan penghematan impor minyak solar periode Januari-Juli sampai USD 1,66 miliar.
ADVERTISEMENT
Mengingat keberhasilannya, Presiden Joko Widodo pun merencanakan meningkatkan levelnya menjadi B50 pada 2050. Inilah yang kemudian ramai diperbincangkan akhir-akhir ini.

Nah sebenarnya apa itu istilah B20?

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, Biodiesel B20 adalah pencampuran 20 persen Biodiesel dengan 80 persen bahan bakar minyak jenis Solar.
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Menyoal biodiesel atau biofuel sendiri, merupakan bahan bakar nabati yang bahan bakunya berasal dari bahan-bahan nabati/organik seperti biji, buah, dan atau biomassa organik,” ucap Agung kepada kumparan, Selasa (13/8).
Selain dari Minyak Sawit (CPO), tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biodiesel antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin memperjelas, angka di belakang huruf B dimaksudkan buat menyatakan persentase Bio-Diesel, yang dicampur dengan Diesel Fuel (Minyak Solar).
“Ini dimaksudkan buat diversifikasi energi sehingga tak hanya tergantung pada fossil fuel, melainkan ada alternatif lain pada kategori renewable energy alias bahan bakar yang dapat diperbaharui,” ucap Ahmad Syafrudin.
Ilustrasi Biodiesel Foto: Reuters/Mike Blake
Tujuan lainnya dari program tersebut, kata pria dengan sapaan karib Puput, membuat bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Mengingat biodiesel BBM bersifat Carbon Neutral, karena diproduksi dari bahan nabati yg selama proses budidaya nya menyerap CO2.
“Lalu ketiga, pencampuran tersebut bisa memperbaiki kualitas BBM dengan menambahkan biodiesel yang memiliki kadar belerang nyaris 0. Berbeda dengan solar yang kadar belerangnya sekitar 2.000 ppm. Ini menjadikan BBM lebih bersih,” kata Puput.
ADVERTISEMENT

Positif dan Negatifnya

Keuntungannya sendiri kata Agung, B20 yang beredar saat ini baik di sektor PSO (public service obligation) maupun non PSO, memiliki kelebihan emisi lebih ramah lingkungan karena kadar polutan CO2 lebih sedikit.
“Selain itu, memiliki sifat Solvent terhadap kotoran yang ada di mesin kendaraan, sehingga membuat mesin lebih bersih,” tutur Agung.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, Uji coba Biodiesel 100 (B100) di mobil dinas Kementerian Pertanian dan kendaraan pertanian. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Puput menambahkan efek positif dari program B20, kata Puput, bisa membuat kendaraan lebih awet, bahkan bisa lebih rendah biaya perawatannya karena biodiesel lebih bersih.
Kemudian, biodiesel memiliki cetane number di atas minyak solar, sehingga pembakaran menjadi sempurna. Hasilnya konsumsi BBM lebih irit, fuel economy lebih baik --jarak tempuh per liter lebih jauh.
“Sementara negatifnya, tidak ada. Kecuali teknologi kendaraan tidak menyesuaikan karakteristik biofuel, dengan mengubah beberapa bagian part kendaraan, terutama seal karet yang cenderung lumer saat bersentuhan dengan biofuel,” ucap Puput.
ADVERTISEMENT

Naik ke B50

Bila B20 hanya membatasi pencampuran Bio-diesel hanya di angka 20 persen sementara minyak solar 80 persen, untuk B50 beda lagi. Campuran biodieselnya menjadi lebih tinggi atau 50 persen, sedangkan minyak solar 50 persen.
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di level ini, pemerintah semakin bisa mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fossil karena penggunaan minyak solar semakin kecil, sementara bahan bakar nabatinya semakin besar.
“Pada posisi ini tentunya kualitasnya akan semakin bagus. Namun harus ada penyesuaian dengan teknologi kendaraan, terutama mengganti seal engine dan penyempurnaan DPF (diesel particulate filter), yang berfungsi sebagai treatment emisi NOx. Mengingat penggunaan Biodiesel cenderung meningkatkan emisi NOx; yang bisa diatasi dengan perbaikan DPF,” tuturnya.

Harga Jual

Terkait dengan harga jual ecerannya sendiri di pasaran, Agung mengungkapkan, campuran bahkan bakar biodiesel B20 sama dengan harga BBM jenis minyak solar.
ADVERTISEMENT
“Ini karena mendapatkan insentif dana dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dalam hal harga indeks pasar (hip) biodiesel lebih tinggi dari hip solar,” kata Agung.