Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mencoba Jaecoo J7 SHS, Cuma Sekali Isi Bensin untuk Jakarta-Bali!
3 Maret 2025 3:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Seolah ingin membuktikan kemampuan teknologi Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang dimilikinya, Jaecoo menggelar acara Hybrid Super Marathon Jakarta-Bali ‘1.300KM One Tank Infinite Adventures’ bersama dengan awak media Indonesia.
ADVERTISEMENT
Model yang diuji adalah Jaecoo J7 SHS alias Super Hybrid System, penamaan untuk jenis elektrifikasi PHEV pabrikan. Total ada 3 unit yang masing-masing dihuni 4 penumpang dewasa plus barang bawaan yang cukup banyak.
Sesuai judul, aktivitas ini ingin menunjukkan bahwa Jaecoo J7 SHS dapat menjelajah sejauh 1.300 kilometer dengan hanya sekali isi bensin dan baterai penuh. Mobil ini punya kapasitas tangki BBM sebesar 60 liter dan baterai tambahan 18,3 kWh.
Etapenya begini, berangkat di titik awal JIExpo Kemayoran Jakarta, menariknya semua unit yang digunakan baru saja selesai melakukan pameran IIMS 2025. Kemudian sebelum flag off, terlebih dahulu isi bensin sampai ujung leher tangki dan juga ngecas baterai sampai penuh.
Persiapan lainnya adalah menjaga tekanan setiap ban sama yaitu pada 32 psi. Jaecoo pun kasih ketentuan agar suhu kabin paling rendah diatur pada level 23 derajat dan kecepatan kipas maksimal 2 level, serta tidak melebihi laju 100 km/jam.
ADVERTISEMENT
Mampir di SPKLU untuk melakukan pengecasan sebentar karena ukuran baterai tak sebesar mobil listrik murni dan juga tidak dari kondisi habis, jadinya hanya butuh waktu sekitar 20 menit. Setelah semuanya selesai, setiap tutup tangki dan dermaga pengisian daya disegel.
Untuk hari pertama targetnya langsung menuju Surabaya sekaligus bermalam di sana, jalan yang dilalui sudah pasti mayoritas berupa ruas tol dari Wiyoto Wiyono kemudian sambung Trans Jawa. Driving Mode yang diatur juga harus berada di Eco dan EV Mode.
Uniknya, EV Mode ini menawarkan kemampuan berjalan tanpa bantuan dari mesin bensin 1.500 cc turbo sejauh 100 kilometer. Pada saat kami mencobanya, justru bisa tembus hingga 132,8 kilometer dengan menyisakan daya baterai 16 persen.
Setelahnya mesin bensin dan motor listrik penggerak bekerja secara simultan selayaknya mobil hibrida pada umumnya, menyesuaikan gaya berkendara dan kondisi daya yang ada saat itu. Praktis sumber listrik untuk mengisi baterai kini hanya memanfaatkan regenerative braking.
ADVERTISEMENT
Kalau mau jujur, mobil kami tak sepenuhnya patuh pada baku ketentuan yang telah ditetapkan. Ada kalanya mobil kami coba bejek lebih dari 100 km/jam karena mesin turbonya ini juga sangat asyik untuk dipakai cruising pada lalu lintas yang relatif lengang dan lancar.
Kami menduga, seharusnya mobil sedikit lebih boros dibanding 2 unit lainnya yang kala itu ada di belakang kami. Setelah perjalanan yang panjang, kami jadi grup pertama yang tiba di Surabaya pada pukul 23:00.
Coba amati trip meter pada layar digitalnya menampilkan jarak yang telah ditempuh yaitu 793,9 kilometer dengan rata-rata konsumsi BBM 24,4 km/liter. Estimasi jarak yang bisa ditempuh dari bensin tersisa adalah 402 kilometer, sementara daya baterai naik jadi 23 persen.
ADVERTISEMENT
Kalau intip salah satu unit lainnya, justru masih bisa lebih jauh yakni 502 kilometer. Padahal mobil rombongan media tersebut sempat tersasar, menyebabkan jarak perjalanannya ikut bertambah menjadi 802 kilometer.
Perjalanan Jaecoo J7 SHS Surabaya-Bali
Hari ke-2, kami semua melanjutkan kembali perjalanan menuju pulau Bali. Destinasi pertama adalah pelabuhan Ketapang yang lalu lintasnya menghabiskan ruas tol Trans Jawa kemudian masuk ke jalan provinsi.
Berbeda dengan hari pertama yang mayoritas melintasi ruas tol, kali ini lalu lintasnya lebih lambat karena kami harus beriringan dengan sejumlah truk serta mobilitas warga sekitar. Tentunya ini sebuah keuntungan karena pemakaian energi mobil semakin sedikit.
Masuk daerah Situbondo, mobil kami menempuh jarak 1.000 kilometer pertama. Tetapi estimasi jarak tempuh tersisa sudah 224 kilometer dan daya baterai 24 persen, ini di atas kertas tentu tak akan sampai target Jaecoo Indonesia yaitu 1.300 kilometer.
ADVERTISEMENT
Karena sebagian wilayah Situbondo memiliki kontur jalan menanjak dan menurun, kami sebisa mungkin memanfaatkannya untuk panen energi kinetik guna mengisi daya baterainya. Singkatnya kami tiba di Ketapang pada pukul 18 sore.
Pada momen ini mobil kami sudah menjelajah 1.082 kilometer, estimasi jarak tempuh tersisa adalah 147 kilometer dan daya baterai 22 persen. Salah satu unit mobil awak media lainnya masih punya sisa jarak tempuh 224 kilometer.
Tiba di Bali, kami semua bermalam di kawasan Gilimanuk sebelum esoknya lanjut kembali ke daerah Kintamani. Untuk mobil yang kami tumpangi sebenarnya sudah mau masuk ke fase kritis, di mana sisa jarak yang bisa ditempuh sangat tipis.
Apalagi check point pertama rombongan pada hari ke-3 itu berada di kawasan pegunungan alias jalan yang ditempuh saat awal sudah pasti berupa tanjakan. Kemiringannya bervariasi, tetapi yang paling tajam ada sampai 18 derajat.
ADVERTISEMENT
Saat kondisi sedang menanjak, mobil kami sudah melampaui jarak lebih dari 1.200 kilometer. Namun, tidak lama setelah itu unit Jaecoo J7 SHS kami mengalami gejala tanda mobil akan mati total karena kehabisan bensin dan daya listrik.
Benar saja, tepat 1.208 kilometer mobil kami mulai beranjak pelan, lalu kemudi bergetar hebat diikuti dengan muncul notifikasi ‘Power System Limited, Please Park Immediately and Contact Service’ pada Multi Information Display (MID).
Yes, mobil kami akhirnya jadi unit pertama yang mati total di perjalanan ini, sementara unit nomor 1 dan 3 masih mampu melenggang. Tangki bensin sudah terkuras sepenuhnya menunjukkan tulisan ‘Low’ dan baterai dibatasi menyisakan daya 9 persen.
Setelahnya kami membuka segel dan mengisi bensin cadangan sebanyak 5 liter, mobil berhasil kembali dinyalakan lalu kembali melanjutkan ke titik kumpul. Bagaimana dengan dua unit lainnya? Mereka berhasil menembus jarak 1.300 kilometer lebih.
ADVERTISEMENT
Ini karena perjalanan dari titik kumpul di Kintamani menuju Nusa Dua adalah turunan yang cukup panjang. Salah satu mobil bahkan mampu menyimpan energi listrik pakai metode deselerasi regeneratif dari kondisi baterai 35 persen menjadi 78 persen.
Alhasil ketika masuk ke daerah Denpasar, mobil 1 dan 3 masih bisa wira-wiri dengan baterai yang ada. Pada akhirnya mobil 3 mati total pada kilometer 1.334 dan mobil 1 tuntas setelah menempuh 1.377,6 kilometer.
Tak hanya tembus 1.300 kilometer lebih, mobil 1 bahkan mengungguli rekor perjalanan terjauh Jaecoo J7 SHS global yang sampai 1.353 kilometer di Malaysia. Sekaligus memecahkan pengujian internal Jaecoo Indonesia yaitu 1.372 kilometer.