Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Takeshi Uchiyamada, Desainer Toyota Prius masih ingat ketika mereka meluncurkan Prius hybrid. “Saat meluncurkan Prius, tidak ada yang tahu apa itu teknologi hybrid,” begitu katanya.
Siapa sangka, dua puluh tahun berlalu. Toyota Prius hybrid pun masih eksis hingga kini.
***
Saya mendapat kesempatan untuk menjajal Toyota Prius hybrid selama beberapa hari. Beragam kondisi saya coba: menikmati kemacetan Jakarta dan menghabiskan akhir pekan menggunakan mobil ini.
Mulanya berbagai pertanyaan muncul di kepala dan salah satunya: Ketika dunia sudah beralih ke listrik, apa iya kita harus mulai dulu dari hybrid?
Adaptasi
Toyota Prius ini masih mengandalkan mesin pembakaran internal. Anda bakal bingung ketika baru masuk dan mengemudikannya.
Pertama, saya perlu mempelajari bagaimana selektor transmisi yang bentuknya unik ini bekerja: D,R,N, dan P.
Unit Toyota Prius hybrid yang saya coba ini sudah menggunakan fungsi keyless. Namun sayangnya, belum didukung smart entry. Sehingga masih perlu menekan tombol unlock/lock ketika mau masuk atau keluar dari mobil.
Kesan lapang begitu terasa. Sementara posisi duduk dibuat rendah. Pengalaman seperti mengendarai sedan begitu terasa. Menyalakan mobil cukup menekan tombol start/stop. Ajaibnya, tak ada bunyi starter mesin ketika mobil menyala.
Sebagai mobil hybrid, kebutuhan power ketika mobil dinyalakan bergantung pada baterai. Sehingga nyaris tak ada suara ketika mobil ini berakselerasi awal --kecuali bila kompresor AC hidup.
Pengalaman berkendara nyaris tak ada bedanya. Torsi terasa ketika mobil baru melaju. Maklum mobil ini memang mengandalkan motor listrik. Kemudi pun terasa ringan.
Dalam kondisi tertentu apabila mobil perlu power tambahan --saat mobil terjebak macet panjang dan pedal gas diinjak penuh, mesin akan berfungsi menghidupkan generator dan memberikan asupan daya tambahan.
Ada tiga modus berkendara yang bisa disesuaikan dengan gaya berkendara: Eco, Normal, dan Power.
Saat terjebak dalam kemacetan dan harus berkendara secara stop and go, baterai digunakan untuk memastikan efisiensi terjaga. Meskipun, bila kapasitasnya dirasa tidak cukup, sistem secara otomatis akan menghidupkan mesin untuk menggerakkan generator.
Sistem pengisian baterai pada Prius hybrid ini memang mengandalkan generator dan rem generatif. Pada kondisi jalan yang lengang, mobil memanfaatkan proses deselerasi untuk kemudian dipanen menjadi listrik.
Tingkat deselerasi ini bisa diatur melalui tuas B, ini juga yang memberikan rasa seperti engine brake ketika pedal gas dilepas.
Ternyata lolos ganjil-genap
Senin pagi, saya meluncur dari Bekasi menuju Grogol, Jakarta Barat dan kemudian ke kantor kumparan di bilangan Pasar Minggu. Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi dan mobil disetop polisi begitu keluar Pancoran.
Toyota Prius hybrid yang saya kendarai ditilang karena pelat nomor. Saya pun sempat sanksi apakah bakal lolos dari tilang. Tapi begitu saya tunjukkan bahwa mobil ini bisa digunakan dengan modus EV Mode, sang petugas pun akhirnya mempersilakan saya untuk jalan kembali.
"Oh ini bisa mode listrik, yasudah jalan lagi, mas," begitu kata petugas kepolisian yang berjaga.
Kesimpulan
Selama menggunakan Toyota Prius beberapa hari, saya merasa bahwa secara konsumsi bahan bakar, mobil ini terbilang irit. Berdasarkan informasi dari MID, rata-rata konsumsi BBM-nya mencapai 20 km/liter. Tentu saja, hasil ini sangat bergantung dengan gaya berkendara.
Mobil hybrid, berdasarkan klaim Toyota dan sejumlah pabrikan Jepang yang lain memang jadi solusi untuk menghasilkan mobil yang ramah lingkungan dan efisien. Hal yang menjadi ‘nilai jual’ dari mobil ini adalah tak tergantung dengan infrastruktur.
Rasanya, kalau melakukan perjalanan luar kota, tak perlu khawatir dan konsumsi BBM-nya tak bikin kantong jebol. Apalagi, mobil hybrid ini tak bergantung dengan infrastruktur pengisian baterai. Meskipun, yang jadi pertimbangan tentu saja soal harganya.
Adapun, mobil ini dijual oleh Toyota-Astra Motor (TAM) berdasarkan spot order. Artinya bila ada pesanan, mereka bersedia menyediakannya.
Di samping itu, TAM juga berencana meluncurkan Prius PHEV dalam waktu dekat dan dijanjikan punya banderol di bawah Rp 1 miliar.
Bagaimana, Anda tertarik?
Foto Galeri Toyota Prius Hybrid: