Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Persoalan harga yang masih relatif mahal, memang masih menjadi kendala serius bagi penjualan mobil hybrid di Indonesia. Harganya yang rata-rata dibanderol di atas Rp 500 juta, dinilai PT Toyota Astra Motor (TAM) belumlah ideal.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Pemasaran PT TAM, Anton Jimmi Suwandy, harga mobil di bawah Rp 500 juta adalah hal yang paling realistis, untuk memenuhi permintaan pemerintah terkait kontribusi mobil elektrifikasi sebanyak 20 persen.
“Jadi, kalau kita bicara secara logical sense, kalau memang pemerintah minta Toyota untuk kontribusi 20 persennya adalah elektrifikasi dan hybrid termasuk di dalamnya, rasanya harus ada mobil yang harganya di bawah Rp 500 juta,” ujar Anton saat ditemui di Bali, beberapa waktu lalu.
Menurut Anton, hal itu bukan tanpa alasan, jika melihat sejarah mobil hybrid yang pernah Toyota pasarkan di Indonesia, hadirnya C-HR hybrid yang memiliki harga Rp 523 jutaan terbukti ampuh untuk menarik minat masyarakat.
“Dulu mobil hybrid kami launching harganya memang cukup tinggi ya, Rp 700 juta, Rp 800 juta bahkan ada yang Rp 1 miliar, jadi market-nya memang kecil sekali. Nah mulai tahun ini, kami kan masuk ke harga yang Rp 500 jutaan, ternyata dengan sendirinya animonya juga mulai naik,” papar Anton.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, untuk menekan harga mobil hybrid agar bisa di bawah Rp 500 juta, menurut Anton salah satu caranya adalah dengan memproduksi secara lokal.
Sayangnya, saat ditanya terkait kapan Toyota memproduksi mobil hybrid-nya di Indonesia, Anton enggan menjawabnya. Dirinya hanya mengatakan, bahwa hingga saat ini pihaknya masih menunggu lampu hijau dari pihak prinsipal.
“Memang ada beberapa hal yang terus ditanyakan oleh prinsipal ke kita, seperti bagaimana kesiapan konsumen, lalu kesiapan infrastruktur, dan insentif pajak yang diberikan kalau kita produksi disini. Jadi memang akan butuh waktu,” jelas Anton.
Anton pun berharap, agar secepatnya Indonesia bisa menjadi basis produksi mobil elektrifikasi Toyota , khususnya untuk wilayah Asia Tenggara.