Mengapa Ruas Tol Jagorawi Jadi Jalur Favorit Kebut-kebutan?

5 Mei 2020 3:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas di ruas Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di ruas Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 3 kecelakaan tragis yang terjadi di ruas tol Jagorawi dalam 2 bulan terakhir. Pertama pada 4 April 2020 lalu yang melibatkan wakil Jaksa Agung, Arminsyah, yang mengemudikan sebuah Nissan GT-R R35.
ADVERTISEMENT
Lalu, disusul pada 19 April 2020 yang melibatkan sebuah BMW E39 dan terakhir yang baru saja terjadi pada Minggu (3/5) kemarin, melibatkan sebuah supercar McLaren MP4-12C.
Jauh sebelum terjadinya 3 kecelakaan tersebut, sudah banyak juga kecelakaan tragis lainnya yang terjadi di ruas Tol Jagorawi. Seperti pada September 2019 lalu, kecelakaan melibatkan sebuah Suzuki APV yang mengalami pecah ban dan ada juga di tahun 2013 kecelakaan tragis yang dialami oleh anak dari musisi Ahmad Dhani, yaitu Dul Jaelani.
Benang merah dari kecelakaan tersebut, hampir semuanya disebabkan oleh kecepatan yang berlebihan, kemudian pengemudi tak sanggup mengontrolnya dan mobil menjadi hilang kendali. Lalu mengapa banyak pengemudi kerap tergoda memacu kendaraannya di tol ini?
McLaren MP4-12C kecelakaan di Tol Jagorawi. Foto: Istimewa

Kurangnya pemahaman soft skill

Tingginya angka kecelakaan tragis di ruas tol Jagorawi, tentu bukan tanpa sebab. Senior instructor sekaligus founder dari Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan mayoritas penyebab kecelakaan tersebut, adalah kurangnya pemahaman soft skill pengemudi saat di jalan tol.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Jusri memaparkan, saat pengemudi memahami etika dan empati berkendara, maka dia mengetahui bahwa jalan tol memiliki tingkat risiko kecelakaan yang tinggi dan terdapat pengendara lain yang berpotensi melakukan kesalahan.
Kurangnya pemahaman soft skill, juga akan memicu adrenalin yang meningkat dan mengakibatkan perilaku serta kondisi psikis seorang pengemudi menjadi membahayakan dan tidak bertanggung jawab.
Mobil yang dikendaraai Wakil Jaksa Agung Dr. Arminsyah SH,MSi. Foto: Dok. Polda Metro Jaya

Keberadaan Sirkuit Sentul

Selain kurangnya pemahaman soft skill berkendara, keberadaan sirkuit Sentul di ruas tol Jagorawi, tidak dipungkiri juga menyebabkan banyak pengendara yang memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
ADVERTISEMENT
"Memang, mayoritas orang yang mau ke sirkuit Sentul, biasanya saat baru berangkat dari rumah adrenalin mereka sudah menyala. Apalagi kalau dia seorang peserta balap, biasanya semangatnya itu sudah meningkat, enggak sabar mau balapan di sirkuit, akhirnya dia ngebut duluan di tol," beber Jusri.
BMW E30, BTA-2 Laguna, Gerry Nasution Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
Begitupun untuk orang-orang yang baru menonton dari sirkuit Sentul, biasanya secara tidak langsung seolah-olah ingin meniru adegan yang dilihat di sirkuit untuk selanjutnya diterapkan di jalan tol.
"Yang nonton itu, kadang pas pulang semangatnya ngalahin pembalap itu. Gaya pembalap tadi dia tonton, seolah pengin dia tiru di jalan tol, tanpa mempedulikan bahaya dan pengendara lain," tutur Jusri.
Keinginan - keinginan memacu mobil dengan kecepatan tinggi saat menuju atau dari Sirkuit Sentul tersebut, bisa dihilangkan apabila seorang pengemudi memahami pentingnya etika dan empati berkendara di jalan tol.
ADVERTISEMENT

Jalan yang lebar dan lebih sepi

Kondisi ruas jalan tol Jagorawi yang lebar, juga membuat sebagian orang menjadi ingin memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Belum lagi, intensitas kepadatan lalu lintas di Jagorawi yang lebih sedikit dibandingkan ruas tol Cikampek juga bisa mempengaruhi.
"Lagi-lagi, mereka yang tidak paham soal etika dan empati berkendara. Saat berada di jalan tol yang lebar dan sepi, maka psikisnya akan melihat hal itu seperti sebuah arena yang pas untuk memacu mobilnya dan bermanuver secara zig-zag," papar Jusri.
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Bogor. Foto: Dok Humas Polres Bogor
Oleh karena itu, Jusri mengingatkan agar setiap pengemudi yang menyetir di jalan tol seperti ruas tol Jagorawi harus memiliki kemampuan berkendara, pemahaman aturan dan rambu lalu lintas, serta memiliki soft skill terkait etika dan empati berkendara.
ADVERTISEMENT
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.