Mengenal 3 Sistem Pengereman Truk, Ada yang Bisa Cegah Rem Blong!

28 Juni 2021 7:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Truk Isuzu Giga. Foto: dok. IAMI
zoom-in-whitePerbesar
Truk Isuzu Giga. Foto: dok. IAMI
ADVERTISEMENT
Kendaraan besar seperti truk memiliki sistem pengereman khusus. Setidaknya ada tiga sistem rem pada truk yang cara kerjanya masing-masing berbeda.
ADVERTISEMENT
Pertama ada rem hidrolik yang memanfaatkan fluida atau cairan rem, untuk menggerakkan kampas rem. Jadi ketika pedal rem diinjak, fluida tadi mendorong piston agar kampas menjepit cakram atau tromol, sehingga terjadi pengereman.
Biasanya jenis pengereman ini digunakan untuk truk kategori light truck yang punya gross vehicle weight (GVW) lima hingga sepuluh ton, seperti Isuzu Traga atau Elf NLR 55 T dan yang lain di kelasnya.
"Rem hidrolik kekurangannya cuma dari pedal. Gaya pengeremannya bergantung kaki, kalau kuat maka pakem dan sebaliknya," terang Technical Warranty Dept. Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Reiner Tandiono.
Oleh karena itu biasanya rem hidrolik truk ditambahkan peranti brake booster, yang berfungsi memberikan tekanan tambahan pada pengereman. Bentuknya ada yang booster rem tipe hidrolik yang memanfaatkan tekanan hidrolik pada pompa guna meringankan pengemudi saat injak rem.
ADVERTISEMENT
Lalu ada juga booster rem tipe vacuum yang bekerja saat mesin hidup. Ketika mesin mati, maka booster rem juga tak bisa bekerja lantaran tak ada kevakuman pada intake manifold.
Kedua ada yang dinamakan air over hydraulic (AOH), yang merupakan satu level di atas rem hidrolik. Boleh dibilang jenis rem ini kombinasi rem hidrolik dengan udara bertekanan.
Cara kerjanya begini, gerakan kampas rem yang menjepit tromol atau cakram dari piston tetap mendapat tekanan dari cairan rem, sedangkan udara bertekanan tadi digunakan untuk mendorong cairan rem.
Jenis pengereman ini biasanya ditemukan pada truk medium kategori GVW 10 hingga 24 ton. Tapi perlu ingat, karena masih mengandalkan mekanisme hidrolik, penggunaannya tak boleh asal. "Sebab saat hidroliknya bocor, cairan remnya habis nggak bisa ngerem," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian terakhir ada pengereman full air brake atau kerap disebut rem angin, yang kerjanya hanya mengandalkan angin, tanpa ada fluida. Peran cairan rem untuk mendorong kampas rem digantikan sepenuhnya oleh angin bertekanan.
Sebab angin mudah dikompresi, makin tinggi tekanannya, maka semakin besar pula tekanan yang didapat. Angin untuk pengereman disuplai menggunakan komponen kompresor, untuk mengambil udara luar ke dalam tangki udara yang digerakkan oleh mesin.
Kompresor juga dilengkapi pressure regulator, yang bakal menghentikan kompresi udara saat tekanan mencapai maksimal. Bila udara yang dibutuhkan kurang, kompresor langsung bekerja lagi begitu seterusnya.
Kemudian ada katup sebagai pengatur bukaan tekanan angin yang digerakkan oleh pedal rem, lalu brake chamber yang mengubah tekanan udara menjadi gerakan mekanis.
Truk Isuzu Giga. Foto: dok. IAMI
Rem angin merupakan kelengkapan standar pada truk kelas GVW 24 ton ke atas atau heavy duty truck seperti Isuzu Giga. Malah boleh dikatakan fungsi pedal rem sebagai pembuka dan penutup katup aliran udara bertekanan, guna menekan kampas rem yang setelannya diatur otomatis dan tidak bergantung pada tekanan kaki.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu kerja rem angin lebih andal mengurangi laju kendaraan besar. Sehingga ada anjuran untuk tidak terlalu dekat di belakang truk besar, karena pengeremannya sangat pakem.
Sistem rem ini disebutkan Reiner juga aman dari rem blong. "Kalau full air brake anginnya habis, sistemnya akan ngunci, ngerem, jadi lebih safety dan aman," terang Reiner.