Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak teknik mendahului, salah satu yang cukup populer digunakan adalah aksi slipstreaming. Sebenarnya ini tak hanya dipakai di Formula 1 tapi juga di balapan lain seperti MotoGP.
Nah slipstreaming sendiri merupakan aksi pebalap, yang menempatkan mobilnya di belakang mobil lawan yang akan disalip, dengan jarak sangat dekat.
Sambil menunggu mendapatkan momen menyalip yang pas, pebalap terus menguntit atau membuntuti dengan menyamakan kecepatan di depan.
Meskipun terlihat berbahaya, teknik menyalip slipstreaming itu tidaklah dilarang dan cara itu lumrah dilakukan di balapan manapun.
Teknik mencuri angin
Pebalap Toyota Team Indonesia, Haridarma Manoppo menjelaskan, posisi di belakang tersebut menguntungkan karena hambatan angin lebih kecil, karena sudah dipecah oleh mobil di depannya. Makanya banyak yang menyebut ini merupakan teknik mencuri angin.
ADVERTISEMENT
"Salah satu musuh lain bagi seorang pebalap, entah itu mobil, motor, atau bahkan sepeda, itu adalah hambatan angin," jelas Haridarma.
Misalnya ada tiga mobil saling menempel di trek lurus, mobil 1, 2 dan 3. Hambatan angin yang didapatkan oleh mobil 1, berbeda dengan yang didapat 2 dan 3.
Sehingga mobil 2 dan 3 mesin dan juga ban punya beban lebih sedikit, sehingga laju mobil bisa lebih kencang dibanding posisi mobil 1. Sehingga hanya tinggal menunggu momen tepat saja, untuk mendahului.
Namun, kata Haridarma, manuver slipstreaming itu diperlukan pemahaman teknik yang tepat dan konsentrasi tinggi, saat menempel dan memperhatikan laju mobil di depan.
Karena sewaktu-waktu bisa saja mobil di depan menurunkan kecepatan atau bahkan melakukan pengereman. Sehingga besar potensi mengalami crash.
ADVERTISEMENT
Jangan diterapkan saat berkendara dengan mobil harian
Aksi menyalip slipstreaming seperti di balapan Formula 1 tersebut, sangat tidak dianjurkan untuk diterapkan saat mengemudikan mobil harian. Sebab, hal itu sangat berbahaya dan bisa menimbulkan kecelakaan beruntun.
"Sangat berbahaya, karena kondisi menyetir di harian dan balapan juga berbeda. Kalau di balapan kita sudah tahu kapan harus belok dan rem, karena tracknya itu-itu saja. Sementara harian, kita enggak pernah tahu kapan mobil depan ngerem, kapan mobil lain menyalip, dan belum lagi hambatan-hambatan dar objek lainnya," jelas Jusri Pulubuhu, senior instructor sekaligus founder Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC).
Saat mengemudi harian, idealnya jarak antar satu mobil dengan mobil lainnya, yakni minimal 3 detik. Cara menghitungnya, yakni saat mobil di depan Anda melaju melewati sebuah objek di sebelah kanan, seperti pohon atau tiang, segera hitunglah 1 sampai 3.
ADVERTISEMENT
Apabila posisi mobil Anda sudah melewati objek yang sama itu setelah hitungan ketiga. Maka itu sudah dikatakan aman. Sebaliknya, apabila belum 3 detik mobil Anda itu sudah melewati objek tersebut, maka segera turunkan kecepatan dan beri jarak dengan mobil di depan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)