Menjawab Mitos Motor Injeksi Tak Boleh Kehabisan Bensin

10 Februari 2022 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Honda Supra X 125 Helm In sudah tak lagi dipasarkan Honda Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Honda Supra X 125 Helm In sudah tak lagi dipasarkan Honda Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Sistem injeksi yang tersemat pada mesin sepeda motor bisa dibilang jadi barang umum di masyarakat sekitar medio tahun 2005-an. Meski demikian masih banyak anggapan atau mitos yang beredar di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya soal motor injeksi yang harus dipompa bensinnya secara manual jika kehabisan bensin.
“Mitos pertama adalah kalau bensin itu habis begitu diisi bensin harus pompa atau sebagainya, itu kan karena pola pikiran zaman dulu, dulu sebelum motor dan mobil bensin yang pakai injector duluan kan mesin diesel,” ujar Manager Technician & Education PT YIMM Aji Handoko.
Menurut Aji, mitos seputar motor injeksi ini muncul karena kebiasaan pada masyarakat dulu terhadap mesin truk medio 70-80an.
Ilustrasi tangki bensin sepeda motor. Foto: dok. Kymco
“Truk itu dari tahun 70-80an sudah injeksi dan pada saat dia kehabisan solar karena pompanya ada di tengah sehingga dia tidak bisa nyedot, sehingga saat kehabisan solar dia akan dipompa dulu secara manual sampai penuh sampai ke sistem injeksinya baru bisa distarter,” jelas Aji.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, mitos lain yang masih dipercaya adalah kehabisan bensin karena dapat mempengaruhi kinerja dari sistem injektornya. Padahal, menurut Aji masalahnya adalah risiko yang terjadi bila sering mengabaikan kondisi minimum bahan bakar.
“Sering-sering habis bensin itu sebenarnya tidak masalah, cuma yang menjadi masalah adalah pada saat bensin itu habis,” kata Aji saat ditemui di Bogor beberapa waktu lalu.
Yang dimaksud Aji adalah potensi terjadinya karat atau kotoran yang dapat memberikan dampak buruk terhadap sistem motor itu sendiri, contohnya masalah kondensasi.
Ilustrasi fuel pump motor injeksi. Foto: dok. Istimewa
“Kenapa kalau kita disarankan jangan sering-sering tangki itu kosong misalnya, kita hidup di negara tropis dan kelembapannya tinggi, dan pada saat tangki itu kosong, malamnya dingin ada kecenderungan risiko kondensasi, kondensasi itu kan begitu pagi airnya terbentuk dan turun ke dalam tangki, pertama ada risiko karat,” jelas Aji.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya potensi terjadinya water hammer akibat partikel air yang bercampur dengan bensin dan ikut tersedot pompa bensin yang dapat mengantar partikel air tersebut menuju ke ruang bakar.
“Kedua ada risiko water hammer, karena airnya kesedot ke sistem bakar, jadi bukan masalah ke mitos kalau sering kosong kemudian injektornya jadi mati, karena ya ada sebab awalnya dulu,” pungkas Aji.
Partikel air tadi dapat menyebabkan timbulnya karat pada dinding tangki bagian dalam, lebih-lebih efek karatan yang ditimbulkan adalah kotoran dari karat tersebut dapat ikut tersedot pompa dan membuatnya tersumbat.
Pengendara sedang mendorong motor karena habis bahan bakar. Foto: dok. istimewa
“Karena karat jadi kotor, kotorannya nutupi filternya lebih ke situ, ada beberapa pengalaman cenderungnya ke motor yang hanya diisi satu liter habis, kemudian diisi satu liter lagi kemudian habis, jadi artinya bukan karena pompanya tapi karena cuacanya terjadi kondensasi di tangki tadi,” tukas Aji.
ADVERTISEMENT
Aji menyarankan bagi pengguna untuk tidak sering meninggalkan motornya dalam waktu agak lama dalam keadaan tangki bensin setengah apalagi kosong.
“Kalau mau sehat ya sisakan separuh terus diisi lagi, apalagi teman-teman yang hobi motor yang di rumah motornya tiga atau empat, itu saya sarankan juga kalau menyimpan motor dalam kondisi tangki penuh, untuk menghindari kondensasi tadi,” tutur Aji.