Menko Airlangga: Pasar Kendaraan Listrik Bekas Jadi Tantangan

24 September 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Pemimpin Redaksi kumparan Arifin Asydhad meresmikan kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Pemimpin Redaksi kumparan Arifin Asydhad meresmikan kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pasar kendaraan listrik bekas menjadi tantangan dalam upaya popularisasi kendaraan elektrifikasi.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Airlangga di sesi keynote speech di acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9).
Menurutnya untuk bisa mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan berbasis listrik, dibutuhkan investasi baru dan berbagai insentif.
"Kemudian untuk kendaraan pribadi juga berbagai insentif termasuk PPN ditanggung pemerintah, dan juga motor (listrik) ditanggung pemerintah sebesar Rp 7 juta yang ternyata mendorong jumlah baik itu mobil maupun motor," terangnya.
Petugas Honda Care saat melayani pengendara motor listrik untuk penggantian baterai di Jalan Gajah Mada, Kota Medan, pada Senin (22/7/2024). Foto: Dok. AHM
"Memang tantangan berikut adalah secondary market. Untuk kendaraan berbasis listrik secondary market-nya tidak ada dibandingkan dengan ICE (Internal Combustion Engine), jadi ini menjadi tantangan tersendiri," lanjutnya.

Temuan kumparan di lapangan

Penelusuran kumparan sebelumnya di bursa mobil bekas di Jakarta, sejumlah pedagang mengeluhkan untuk menjual kembali jenis kendaraan tersebut. Salah satu alasannya karena kendaraan listrik masih terbilang baru, makanya kondisi eks pemilik dan harga bekasnya masih abu-abu.
ADVERTISEMENT
Beda dengan mobil konvensional yang secara produk dan pasarnya sudah matang, sehingga banyak lembaga pembiayaan yang bisa memberikan ragam penawaran dan skema pembayaran yang menarik.
"Mobil listrik itu kan jangka panjangnya belum ketahuan seperti apa, kalau dipakai lagi 10 tahun ke depan apa tinggal rangkanya saja atau tidak, kan belum tahu," ujar Agustinus, penggawa Focus Motor.
Wuling Air ev bekas yang dijual di WTC Mangga Dua. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Belum lagi cepatnya peluncuran produk baru dan promo penjualan, membuat konsumen menahan diri untuk membeli kendaraan bekas dalam kondisi seken. Terlebih leasing katanya, juga belum berani menyediakan pembiayaan untuk kendaraan listrik bekas.
Ditambah depresiasi dalam kondisi bekas yang anjlok tajam dibanding mobil konvensional. "Penurunannya bisa 20 sampai 30 persen," terang Agus.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) Rian Ernest mengatakan, penyerapan khususnya motor listrik juga belum masif, disebabkan keraguan akan nilai jual kembalinya.
ADVERTISEMENT
"Banyak teman-teman calon pembeli roda dua listrik masih belum lihat secondary market yang ready. Mereka kalau beli motor itu menganggap sebagai aset, kalau beli hari ini, saya jual sebulan lagi inginnya harga itu turun sedikit," ungkapnya Agustus lalu.