Menperin: Insentif Mobil Hybrid Perlu Supaya Produsen Tak Pindah

29 Agustus 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai rapat bersama komisi VII DPR, Senin (26/8/2024). Foto: Ghifari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai rapat bersama komisi VII DPR, Senin (26/8/2024). Foto: Ghifari/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan kekhawatirannya apabila mobil hybrid sama sekali tidak diberi insentif. Ia menyebut, alasannya adalah tidak ingin mengulang kegagalan pengembangan industri beberapa dekade lalu.
ADVERTISEMENT
"Kami inginnya ada insentif walaupun insentifnya kan enggak bisa sebesar mobil listrik," buka Agus ditemui usai rapat bersama komisi VII DPR, di Jakarta awal pekan ini.
Agus melanjutkan, pertimbangan mobil hybrid perlu diberi insentif agar para produsen kendaraan yang memiliki lini produk hibrida tak mengalihkan investasinya di Tanah Air ke negara-negara lain.
"Kami tidak mau pabrikan mobil hybrid di Indonesia itu pindah. Ini kasusnya sama seperti tahun 80-an, kita mempersulit tumbuhnya industri semikonduktor dan mereka semua pindah ke Malaysia," imbuhnya.
Produksi Toyota Yaris Cross Hybrid di Karawang Plant 2, Jawa Barat. Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Detail mengenai rencana besaran dan skema insentif mobil hybrid yang diinginkan diakuinya belum dibahas lebih lanjut. Agus bilang, ada berbagai jenis insentif yang bisa diberikan pemerintah kepada produsen mobil hybrid, salah satunya insentif fiskal.
ADVERTISEMENT
"Bagi kami insentif itu perlu untuk hybrid karena kami tidak mau pabriknya pindah, negara lain berikan insentif buat hybrid. Ini belum dibahas, tapi itu jalan pikiran kami," pungkasnya.
Senada dengan Agus, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi sebelumnya sudah pernah berpendapat soal pentingnya segmen mobil hybrid mendapat insentif khusus selayaknya mobil listrik karena perkembangannya yang cukup pesat akhir-akhir ini.
“Insentif untuk mobil hybrid sangat diperlukan karena perkembangan mobil hybrid di indonesia cukup pesat,” kata Nangoi saat ditemui sesuai pembukaan pameran GIIAS 2024 di ICE BSD City, Tangerang Selatan, pertengahan Agustus lalu.
Produksi perdana all new Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid di Indonesia. Foto: Dok. Istimewa
Penjualan mobil hybrid, papar Nangoi sekitar 10 ribu unit pada tahun 2022 dan setahun setelahnya melonjak menjadi 55 ribu unit. “Kami perkirakan tahun ini akan di atas 70 ribu unit (yang terjual) mobil hybrid,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan di negara tetangga, Nangoi berpendapat bahwa insentif mobil hybrid diperlukan untuk memberikan daya saing industri otomotif dalam negeri.
Adapun, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam tak menampik, meski penjualan mobil hybrid di dalam negeri mengalami pertumbuhan cukup besar, namun itu belum cukup untuk mendorong pembentukan ekosistem kendaraan elektrifikasi secara matang.
Tidak hanya dari sisi produk tetapi juga industri otomotif itu sendiri, maka target pemangkasan emisi karbon pun juga bisa dicapai lebih cepat.
"Ini perlu kita berikan agar ekosistem elektrifikasi berkembang di Indonesia. Terutama e-parts seperti motor, PCU, transexcel, dan battery yang saat ini masih minim investasi di Indonesia," urai Bob kepada kumparan belum lama ini.
ADVERTISEMENT
***