Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Menyoal Teknologi Otonom Mobil XPeng, Makin Tinggi Level Beda Tanggungjawabnya
21 April 2025 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pada acara "XPeng Global Brand Night" salah satu yang banyak mencuri perhatian penonton adalah teknologi autonomous driving yang dimiliki mobil-mobil XPeng. Mulai dari tipe X9 2025, G6 hingga P7+.
ADVERTISEMENT
Kemunculan XPeng sendiri memang mengedepankan pemanfaatan teknologi dengan artificial intelligence (AI) dalam manufaktur otomotifnya.
Sistem pengemudian otomatis yang dimiliki XPeng mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu yang teknologi yang dikenalkan Xpeng adalah pengunaan chip AI Turing. Tak hanya untuk mobil-mobil XPeng, tetapi chip AI Turing ini juga digunakan untuk robot dan flying car milik XPeng.
Meski begitu, masih banyak masyarakat yang meragukan teknologi pengemudian otomatis pada sebuah mobil, karena setiap negara memiliki medan jalan, kondisi, lalu lintas, hingga regulasi yang berbeda-beda. Senior Direktur Autonomous Driving XPeng, Yuan Tingting angkat bicara terkait hal itu.
"Ketika kita berbicara tentang membawa FSD (Full Self Driving) ke China daratan, situasinya mirip dengan saat membawa sistem kami ke pasar global. Faktor paling penting adalah arsitektur AI. Kami telah membangun fondasi yang kuat dengan investasi besar dalam infrastruktur AI, dan kami pikir kami sudah cukup baik di area ini. Saat kami masuk ke negara baru, tentu saja kami menyesuaikan diri dengan peraturan jalan, rambu, dan infrastruktur lokal lainnya," jelas Yuan Tingting kepada wartawan di Hong Kong, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
Tingting juga menjelaskan proses pengembangan autonomous driving hingga mencapai kesempurnaan saat diterapkan di berbagai negara yang memiliki tantangan beragam.
"Ini seperti saat saya mengemudikan G9, kami di jalan tol di Jerman. Saya tidak hafal semua peraturan lalu lintas Jerman atau Denmark, tapi saya menggunakan brain in my brain untuk menyesuaikan dengan logika umum," jelas Tingting.
"Saya tetap bisa mengemudi dengan cukup baik di sana. Ini juga tantangan yang dihadapi Tesla saat masuk ke China. Mereka berhasil meski awalnya tidak punya banyak data lokal. Mereka beradaptasi dan berkembang dengan cepat, dan kami juga akan begitu. Seperti saya yang mengemudi di luar negeri, semua soal pembelajaran dan penyempurnaan yang terus menerus," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pengemudian otomatis seringkali diragukan keselamatannya. Sebab bisa saja terjadi kekeliruan sistem menginterpretasi data dalam menerapkan kendali.
"Di China, untuk Level 2 dan Level 2+, pengemudi sepenuhnya bertanggung jawab atas semua tugas mengemudi. Untuk Level 3, tanggung jawab bisa dibagi antara produsen mobil dan perusahaan asuransi. Untuk Level 4, tanggung jawab tidak lagi berada di tangan pengemudi. Ini adalah pemahaman umum secara global. Kami mengikuti definisi tersebut. Saat ini, kemampuan yang diterapkan di China masih diklasifikasikan sebagai Level 2, dan kami mematuhi semua regulasi yang relevan untuk level itu," jelas Yuan Tinting kepada wartawan.
***
kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park.
ADVERTISEMENT
Forum diskusi ini menghadirkan para pemangku kepentingan, termasuk pemimpin industri, profesional, dan perwakilan pemerintah, untuk berdiskusi serta berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif berkelanjutan. Daftar sekarang di: kum.pr/nev2025.