Mercedes-Benz: Krisis Semikonduktor Terjadi hingga 2023

8 Juli 2022 10:10 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas perakitan di pabrik Mercedes-Benz Indonesia di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Foto: Dok. Mercedes-Benz Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas perakitan di pabrik Mercedes-Benz Indonesia di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Foto: Dok. Mercedes-Benz Indonesia
ADVERTISEMENT
Krisis chip atau semikonduktor yang terjadi di industri otomotif global diprediksi belum akan berakhir pada tahun 2022 ini. Menurut CEO Mercedes-Benz Global, Ola Kaellenius, krisis semikonduktor diperkirakan masih akan terjadi sampai 2023.
ADVERTISEMENT
"Situasi krisis semikonduktor sangat rumit dan akan menjadi tantangan bagi industri sepanjang tahun ini dan tahun depan," kata Ola Kaellenius seperti dikutip dari Reuters.
Lebih lanjut, kata Ola, kendati kondisi market otomotif global perlahan mulai membaik dan meningkat, menurutnya akan sangat sulit bagi para pabrikan otomotif untuk memenuhi tingginya permintaan unit dalam waktu singkat.
Aktivitas produksi di pabrik Mercedes-Benz Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Foto: Bagas Putra Riyadhana/kumparan
Apalagi, saat ini dalam situasi yang bersamaan, industri otomotif global juga mulai serius bertransisi kendaraan elektrifikasi. Sehingga secara otomatis, akan membuat permintaan semikonduktor jadi semakin tinggi.
Karena itu, sebagai salah satu brand otomotif besar di dunia, Mercedes-Benz memastikan akan berperan lebih aktif lagi dalam rantai pasok global.
"Kami tidak berhenti di pabrik sel baterai, kami harus terus menyiapkan seluruh rantai pasok di sini, karena ada begitu banyak yang bergerak," kata Kaellenius.
Aktivitas produksi di pabrik Mercedes-Benz Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Foto: Bagas Putra Riyadhana/kumparan
Dengan situasi yang ada saat ini, jelas akan menjadi tantangan yang sangat berat bagi setiap merek otomotif yang akan beralih ke kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Sebab selain alasan krisis semikonduktor, kendala lain yang harus dihadapi, yakni dibutuhkannya untuk mentransmisikan fasilitas produksi mobil bermesin pembakaran internal menjadi fasilitas produksi mobil listrik.
Setidaknya dibutuhkan waktu 1 dekade untuk mentransmisikan 100 persen fasilitas produksi mobil bermesin pembakaran internal yang ada menjadi sepenuhnya fasilitas produksi mobil listrik.
***