Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Michelin Punya Ban Tanpa Udara, Bakal Dijual di Indonesia?
31 Agustus 2022 12:13 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Untuk pasar niche. Ban ini sesuai dengan misi keberlanjutan prinsipal, tapi kita masih jauh ke sana. Sejauh ini kami baru mengetesnya di Singapura dan kerja sama dengan DHL," ungkapnya dalam diskusi terbatas di Jakarta, Selasa (30/8/2022).
Ia menambahkan bahwa ban tersebut telah diuji untuk kendaraan minivan sebagai armada logistik. "Ternyata mereka tidak merasakan perbedaannya. Impresif," terang Vette menjelaskan reaksi sejumlah sejumlah jurnalis yang telah mencoba menumpangi mobil dengan ban Uptis.
Meskipun target pasarnya spesifik, ban ini dianggap ideal untuk armada fleet karena bisa mengoptimalkan produktivitas karena hampir tanpa perawatan. "Tanpa takut bocor di jalan, sehingga bisa menjanjikan benefit yang baik dari sisi bisnis," imbuhnya.
Perihal pengembangannya, Michelin bekerja sama dengan General Motors (GM). Mobil yang pertama menggunakannya adalah mobil listrik Chevrolet Bolt pada 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Steven bilang sampai saat ini ban tersebut juga masih dalam tahap riset, sebelum akhirnya dijual resmi pada 2024 mendatang. Sayangnya dirinya mengungkapkan Indonesia belum akan mengaplikasikannya.
"Kami (Michelin pusat) dalam tahap pengembangan untuk menjadi original equipment, tapi rasanya tidak akan bisa cepat menggantikan ban tradisional. Saya juga belum yakin, karena tidak semua retail cocok menjualnya dan fit ke kendaraan, karena dia adalah kesatuan roda," katanya.
Latar Belakang Lahirnya Ban Uptis yang Anti Kempis
Keunggulan ban Uptis ini tidak akan mengalami kebocoran, sebab konstruksinya berupa bilah yang terbuat dari perpaduan karet, serta fiberglass yang mengandung resin, sehingga struktur ban jadi kuat menopang bobot kendaraan. Makanya disebut ban tanpa udara .
Kombinasi itu sekaligus membuat ban lebih lentur, jadinya mampu menyesuaikan bentuk permukaan jalan. Singkatnya manakala menginjak paku, tidak akan terjadi apa-apa.
Sedikit flashback tiga tahun lalu, latar belakang Michelin mengembangkan ban ini merujuk pada penelitian yang mengungkapkan bahwa 20 persen ban yang diproduksi setiap tahun, berakhir di tempat pembuangan.
ADVERTISEMENT
Alasannya karena ban tidak memenuhi standar kualitas, kehilangan tekanan udara sangat cepat, hingga keausan yang tidak teratur. Angka persentase tadi setara dengan 200 juta ban yang tidak dapat terjual.
Ini tentunya harus diantisipasi karena perusahaan mengalami kerugian dari biaya produksi, energi untuk memproduksi, dan utamanya material karet sebagai bahan baku paling penting.
Berangkat dari masalah itu, Michelin coba meramu ban yang bisa meminimalisir hal tersebut. Uptis lahir menggunakan material karet yang lebih sedikit. Bahkan ban buangan tadi dapat diubah menjadi Uptis.
***