Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seiring pemakaian, kualitas busi menurun. Apalagi sudah mendekati atau bahkan melewati usia pakai. Utamanya pada ujung elektroda busi menjadi kotor terdapat kerak karbon sisa pembakaran. Kerak ini menyebabkan bunga api yang dihasilkan tidak sempurna, sehingga mengakibatkan pembakaran terganggu.
Lalu apakah kerak tadi butuh dibersihkan? Mengingat pembersihan kerak lazim dilakukan supaya mengembalikan performa motor.
Technical Support PT NGK Busi Indonesia, Diko Oktaviano mengungkapkan, upaya tersebut bakal sia-sia. Sebab, kerak karbon bakal muncul lagi.
"Sebenarnya enggak bisa, membersihkan itu justru sifatnya abrasif dan destruktif. Walaupun dibersihkan kerak akan balik lagi, karena merupakan material yang sudah nyatu ke dalam elektroda dan insulator," buka Diko saat berbincang dengan kumparan akhir pekan lalu.
Benar saja. Biasanya untuk membersihkan kerak busi menggunakan ampelas atau sikat kawat. Jadi bagian ujung elektroda yang tertutupi kerak diampelas atau disikat sampai warna logamnya terlihat lagi.
ADVERTISEMENT
Sadar atau tidak, cara tadi justru mengikis lapisan elektroda busi. Belum lagi kerenggangan elektroda juga bisa berubah. Manakala kerenggangannya berubah lebih jauh, yang terjadi selanjutnya adalah missfire.
Kondisi elektroda inti gagal memunculkan bunga api karena jarak massa elektroda yang terlalu jauh, sehingga sulit tercipta pembakaran.
Sebaiknya pembersihan busi ini dilakukan dalam keadaan darurat. Saat motor susah dihidupkan karena busi yang kotor.
"Permukaannya memang bersih tapi bagian dalamnya enggak, busi ini bukan komponen yang bisa dirawat terus-menerus, makanya termasuk fast moving, artinya kalau rusak ya ganti," terang Diko.
Jelas Diko ada satu cara untuk membersihkan kerak karbon. Pakai teknik sunblasting khusus busi, alatnya tersedia di pabrik NGK.
Bengkel umum sebenarnya bisa saja memilikinya, namun skala ekonominya tidak seimbang. Pemilik kendaraan lebih baik ganti busi yang baru karena komponen ini termasuk yang ramah kantong.
ADVERTISEMENT
"Busi itu karena ada pembakaran bahan bakar dan udara, sebentar saja langsung hitam lagi (berkerak). Coba deh jalan 2 km saja, pasti timbul kerak baru, makanya enggak akan bisa dibersihin," tuntas Diko.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.