Mitsubishi Bakal Impor Utuh Xpander Hybrid dari Thailand, Lalu CKD di Indonesia

2 November 2023 9:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mitsubishi Xpander di Gaikindo Jakarta Auto Week 2022. Foto: MMKSI
zoom-in-whitePerbesar
Mitsubishi Xpander di Gaikindo Jakarta Auto Week 2022. Foto: MMKSI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
President Director PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Atsushi Kurita mengatakan, secara bertahap Xpander hybrid akan terlebih dahulu diimpor dari Thailand.
ADVERTISEMENT
“Kami memang akan memulainya tahun depan di Thailand, setelahnya kami tentu akan impor dengan skema CBU. Setelah kita baru bisa produksi di Indonesia,” jelas Kurita ditemui di Ginza, Tokyo.
Skema tersebut, lanjut Kurita, didasari dengan melihat permintaan mobil hybrid di Indonesia saat ini yang baru tumbuh. Pihaknya masih perlu melakukan diskusi mengenai persiapan penjualan mobil hybrid di dalam negeri.
“Kami berupaya untuk memperkenalkan hybrid, tidak hanya Xpander. Tetapi juga model Xforce untuk produk masa depan, saya tidak bisa memberi tahu waktunya sekarang,” paparnya.
Deretan calon mobil elektrifikasi Mitsubishi yang akan meluncur 5 tahun ke depan, ada Xpander hybrid salah satunya. Foto: Mitsubishi Motors
Kurita mengungkapkan, ada beberapa alasan mengapa produk MPV berteknologi hybrid itu lebih dulu di perkenalkan di Negeri Gajah Putih. Adanya insentif mobil hybrid menjadi faktor paling utama.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada hal lain (selain insentif), memang itu. Hybrid sangat murah di Thailand bahkan dibanding ICE (mobil mesin bakar), di Indonesia tidak ada kebijakan atau kelebihan seperti itu buat hybrid. Akhirnya hybrid jadi mahal,” imbuhnya.
Namun, Kurita perlahan mulai melihat bahwa mobil hybrid semakin diterima oleh masyarakat Indonesia. Terutama sejak brand Jepang lainnya seperti Toyota dan Suzuki memasarkan model elektrifikasi atau hibrida di Tanah Air.
“Mereka mulai menjualnya dan banyak yang mau, dari situ kita melihat sebenarnya masyarakat Indonesia sudah siap menerima. Sekarang kita berupaya mengganti cara pandang ini, kita bisa dibilang terlambat tapi tidak apa-apa,” jelasnya.
***