Mobil Hybrid Perlu Didukung karena Skala Produksi Belum Sampai 100 Ribu Unit

31 Oktober 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi Toyota Yaris Cross di Karawang Plant 2 Foto: Gesit Prayogi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Produksi Toyota Yaris Cross di Karawang Plant 2 Foto: Gesit Prayogi/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam berharap pemerintah mau kucurkan bantuan untuk mobil hybrid. Meski, penjualan segmen elektrifikasi ini tumbuh beberapa periode terakhir.
ADVERTISEMENT
"Ya laku karena dia tumbuh, tapi apakah pertumbuhan itu sudah mencapai level ekonominya? Itu yang masih kita kejar," buka Bob ditemui saat sela seminar nasional Toyota di Universitas Indonesia, Depok (30/10/2024).
Menurutnya, peluang perkembangan industri manufaktur otomotif lokal untuk elektrifikasi seperti hibrida sangat terbuka lebar. Tren penjualan mobil hybrid yang sedang meningkat saat ini, Bob menilai belum cukup mampu untuk mendukung ekosistem teknologi terkait.
"Hybrid ini butuh volume sekitar 100 ribu (unit) agar bisa ada investasi. Saat ini kita belum sampai dan segmennya masih middle-up. Melihat seperti itu kita merasa memang (insentif) dibutuhkan agar masuk ke economic scale-nya. Juga menjadi penting agar investasi itu arahnya ke e-parts seperti baterai, motor listrik, transaxle," jelasnya.
Produksi perdana all new Toyota Kijang Innova Zenix Foto: Dok. Istimewa
Bob bilang, elektrifikasi masih merupakan ranah baru untuk industri otomotif Tanah Air. Jika ekosistemnya dikembangkan, maka akan terciptanya daya saing baru. Terutama dengan negara-negara di kawasan ASEAN seperti Thailand.
ADVERTISEMENT
"Tadi e-parts ini bisa jadi investasi di Indonesia, apalagi produk ini kan bisa jadi barang ekspor. Nah, kenapa sih pemerintah gak tolong industri yang sudah ada di dalam negeri? Ya kan, pekerjanya orang Indonesia, orientasi ekspor, ekosistem di dalam negeri," paparnya.
Ekosistem kendaraan hybrid di Thailand disebutnya telah berkembang lebih dari 10 tahun lalu, pun diikuti dengan populasinya yang sudah mencapai 20 persen atau sekitar 100 ribu unit dari total pasar mobil baru di sana per tahunnya.
"Iya, 100 ribu (unit) itu skala domestik dan ekspor. Saya kira harusnya secepatnya, 100 ribu dari satu juta (unit di Indonesia) kan cuma 10 persennya. Itu harusnya enggak butuh waktu lama, jadi kuncinya adalah ketepatan. Jangan sampai negara lain sudah finish karena investasi pada ke sana, terus kita marah-marah," tambah Bob.
Peluncuran Wuling Almaz Hybrid di Jakarta ePrix Circuit, Kamis 3 November 2022. Foto: dok. Wuling Motors
Bob menampik, perihal skema bantuan atau insentif dan sejenisnya merupakan permintaan khusus Toyota. Ia mengatakan industri otomotif secara keseluruhan akan terbantu, sebab melibatkan banyak sekali industri pihak ketiga seperti penyuplai komponen lokal.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada disuruh (meminta dari) Toyota. Bukan Toyota yang menunggu (insentif), konsumen. Kalau kita cuma bikin (mobil hybrid) tapi enggak ada yang beli karena harganya masih mahal dan semacamnya, jadi konsumen yang menunggu," pungkasnya.

Penjualan wholesales mobil hybrid Januari-September 2024 (5.486 unit)

*di luar teknologi mild hybrid seperti Suzuki Ertiga dan Suzuki XL7
ADVERTISEMENT
***